Menurutnya, jumlah sapi yang mati tahun ini melonjak drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya paling dua ekor yang mati,” jelasnya.
Furkan juga mengungkapkan, saat ini hanya 7 hingga 10 truk yang bisa diseberangkan setiap hari. “Antrean sudah terjadi sejak 16 April di Poto Tano, dan dua hari kemudian mulai menumpuk juga di Gili Mas,” ujarnya.
Ratusan truk pengangkut sapi dari Bima, Sumbawa, tersebut bertujuan memenuhi permintaan sapi kurban di Pulau Jawa menjelang Iduladha. Namun, keterlambatan dan antrean panjang kini mengancam kerugian besar bagi para peternak.
“Kalau tidak segera ada langkah konkret, kerugian akan terus bertambah. Kami minta pemerintah turun tangan,” tegas Furkan.
Ia juga mengimbau agar peternak lainnya mempertimbangkan kembali waktu pengiriman agar tidak merugi.
“Kami minta teman-teman peternak melihat kondisi di lapangan. Jangan sampai membludak dan malah merugikan diri sendiri,” tutupnya.
(*)