"Penghargaan tersebut, merupakan sebuah penghargaan yang memiliki makna yang mendalam sebagai bentuk kehormatan, namun juga sebagai bentuk dan amanah, senantiasa melestarikan, serta membangun Lombok Tengah," jelas Lalu Pathul.
Lalu Pathul menerangkan, meskipun tidak ada penganugerahan Pengerakse maka memang sejak awal sudah menjadi tugas dan kewajiban Bupati sehingga disebut sebagai Pengerakse. Bagi Bupati, tidak ada yang aneh sama sekali dalam penganugerahan tersebut.
Pihaknya menyadari bahwa gelar pengerakse bumi bukanlah sekedar simbol semata, namun panggilan untuk menjadi penggerak harmoni, pengayom budaya, serta pelindung nilai-nilai luhur masyarakat.
4. Mampu Gerakkan Ekonomi dan UMKM
Lalu Pathul menjelaskan, para aparatur sipil negara (ASN) yang membeli dulang saji untuk dibawa memungkinkan mereka untuk membeli bahan makanan mulai dari ikan, sayur mayur, cabai dan lain sebagainya.
"Nah dari situ masyarakat juga ikut bergerak ekonominya. Inikan artinya simbiosis mutualisme. Maka ini tak hanya menjadi ajang silaturahim masyarakat, tetapi juga mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi para pelaku usaha kecil di daerah tersebut," beber Lalu Pathul.
Lalu Pathul Bahri, menyampaikan bahwa kegiatan Lebaran Topat dapat menggerakkan perekonomian masyarakat karena banyaknya pedagang yang terlibat dan mendapatkan penghasilan tambahan dari momentum tersebut.
"Kegiatan ini sangat luar biasa karena bisa menggerakkan perekonomian masyarakat, pedagang bisa berjualan dan mendapatkan rezeki dari kegiatan Lebaran Topat," kata Bupati.
Sebagai informasi, Lebaran Topat merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Sasak setelah menunaikan puasa sunnah selama enam hari berturut-turut setelah Idul Fitri.
Dalam perayaan ini, masyarakat membawa ketupat dan berbagai hidangan khas untuk disantap bersama keluarga di lokasi wisata atau tempat umum lainnya. Lebaran Topat tidak hanya menjadi momentum kebersamaan, tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat dan promosi budaya daerah yang berkesinambungan.
(*)