Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah kembali menggelar tradisi Lebaran Topat yang dilangsungkan di halaman Kantor Bupati Lombok Tengah, Senin (7/5/2025).
Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama UMKM di Lombok Tengah.
1. Tradisi Turun Temurun
Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul mengatakan, lebaran topat digelar untuk menunjukkan rasa syukur bahwa Puasa Sunnah selama 6 hari di bulan Syawal sudah dilaksanakan dan lain sebagainya.
Menurut Lalu Pathul, perayaan lebaran topat yang digelar di Lombok Tengah termasuk kecil jika dibandingkan dengan kabupaten lain di NTB seperti halnya Lombok Barat yang menggelar secara meriah.
"Ini kita gelar di mana-mana. Di Kuta, di Aik Bukaq dan sebagainya. Ini sudah puluhan tahun sejak Bupati sebelumnya. Namun kita pusatkan di Kantor Bupati Lombok Tengah. Maka kenapa kita gelar bersamaan, supaya ngirit (hemat)," jelas Lalu Pathul.
"Kita gelar karena jauh-jauh hari teman-teman pingin syukuran. Malah ada (Majelis Adat Sasak) yang berpendapat beda hari untuk memberikan penganugerahan (Pengerakse) kepada Bupati dan Wakil Bupati," sambung Lalu Pathul.
Baca juga: Lebaran Topat di Desa Ketangga Lombok Timur, Lebaran Spesial untuk Anak-anak
Bupati Lombok Tengah juga menyampaikan bahwa tradisi ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal.
”Budaya itu bisa memberikan dampak yang cukup luas, sehingga dalam membangun Lombok Tengah harus dari segala sisi, tanpa melihat suku, agama, dan ras,” ungkap Bupati.
2. Dulang Saji sebagai Bentuk Rasa Syukur
Ribuan dulang saji menghiasi acara yang dihadiri oleh tokoh agama, tokoh budaya, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta masyarakat umum.
Lalu Pathul menegaskan, kehadiran Dulang Saji yang melibatkan sekolah adalah sebagai bentuk rasa syukur telah menyelesaikan puasa Sunnah. Bagi Lalu Pathul, acara ini tidak hanya sekedar tradisi tahunan tetapi juga menjadi momentum halal bihalal.
"Dan kalau (sekolah) mau. Kalau ndak mau? Dan inikan kemauan mereka juga. Dan dia rembuk juga. Ndak ada yang berpendapat lain (tidak setuju). Karena ini bagus sekaligus lebaran ketupat. Dan inikan dimakan sendiri, kepala dinas saja buat (dulang saji)," tegas Lalu Pathul.
Lalu Pathul memastikan tidak ada sama sekali yang meminta uang karena pegawai ASN membawa sendiri dulang saji untuk dimakan sendiri.
3. Momentum Penganugerahan Pengerakse oleh Majelis Adat Sasak
Majelis Adat Sasak (MAS) memberikan penganugerahan Pengerakse Gumi Tastura periode 2025-2030 kepada Bupati dan Wakil Bupati Lombok Tengah, Lalu Pathul Bahri dan HM Nursiah dalam momentum lebaran topat.
Pengerakse berarti menjaga. Lalu Pathul dan HM Nursiah diminta untuk menjaga perdamaian, menjaga stabilitas, menjaga keutuhan, antar sesama dan lain sebagainya.
"Penghargaan tersebut, merupakan sebuah penghargaan yang memiliki makna yang mendalam sebagai bentuk kehormatan, namun juga sebagai bentuk dan amanah, senantiasa melestarikan, serta membangun Lombok Tengah," jelas Lalu Pathul.
Lalu Pathul menerangkan, meskipun tidak ada penganugerahan Pengerakse maka memang sejak awal sudah menjadi tugas dan kewajiban Bupati sehingga disebut sebagai Pengerakse. Bagi Bupati, tidak ada yang aneh sama sekali dalam penganugerahan tersebut.
Pihaknya menyadari bahwa gelar pengerakse bumi bukanlah sekedar simbol semata, namun panggilan untuk menjadi penggerak harmoni, pengayom budaya, serta pelindung nilai-nilai luhur masyarakat.
4. Mampu Gerakkan Ekonomi dan UMKM
Lalu Pathul menjelaskan, para aparatur sipil negara (ASN) yang membeli dulang saji untuk dibawa memungkinkan mereka untuk membeli bahan makanan mulai dari ikan, sayur mayur, cabai dan lain sebagainya.
"Nah dari situ masyarakat juga ikut bergerak ekonominya. Inikan artinya simbiosis mutualisme. Maka ini tak hanya menjadi ajang silaturahim masyarakat, tetapi juga mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi para pelaku usaha kecil di daerah tersebut," beber Lalu Pathul.
Lalu Pathul Bahri, menyampaikan bahwa kegiatan Lebaran Topat dapat menggerakkan perekonomian masyarakat karena banyaknya pedagang yang terlibat dan mendapatkan penghasilan tambahan dari momentum tersebut.
"Kegiatan ini sangat luar biasa karena bisa menggerakkan perekonomian masyarakat, pedagang bisa berjualan dan mendapatkan rezeki dari kegiatan Lebaran Topat," kata Bupati.
Sebagai informasi, Lebaran Topat merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Sasak setelah menunaikan puasa sunnah selama enam hari berturut-turut setelah Idul Fitri.
Dalam perayaan ini, masyarakat membawa ketupat dan berbagai hidangan khas untuk disantap bersama keluarga di lokasi wisata atau tempat umum lainnya. Lebaran Topat tidak hanya menjadi momentum kebersamaan, tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat dan promosi budaya daerah yang berkesinambungan.
(*)