Lebaran 2025

3 Fakta Perayaan Tradisi Tiyu di Lombok Timur, Berkuda Keliling Kampung Usai Lebaran

Penulis: Toni Hermawan
Editor: Wahyu Widiyantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRADISI LEBARAN - Suasana pawai berkuda di Desa Jantuk Kecamatan Sukamulia Lombok Timur, Senin (31/3/2025). Berikut tiga fakta seputar tradisi Tiyu yang digelar saat lebaran.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Masyarakat Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur memiliki tradisi lebaran yang populer disebut Tiyu.

Tradisi Tiyu dilakukan dengan menunggang kuda saat perayaan lebaran tepatnya pada 1 -2 Syawal.

Berikut tiga fakta seputar tradisi Tiyu atau berkuda di Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur usai perayaan Hari Raya Idul Fitri.

1. Waktu Pelaksanaan

Sekretaris Desa Jantuk Azizul Hakim menceritakan tadisi Tiyu atau menunggang kuda ini dilaksanakan pada sore hari setiap 1 Syawal. 

Tradisi dilakukan kembali pada 2 Syawal sekitar pukul 04.00 hingga 06.30. 

Tradisi merupakansarana untuk memeriahkan perayaan lebaran Idul Fitri.

“Tiyu intinya untuk  menyambut 1 Syawal ini pawai kuda bukan balapan kuda,” kata Hakim.

Baca juga: Tradisi Tiyu di Desa Jantuk Membuat Nilai Sewa Kuda Naik Signifikan

2. Asal Kuda

Kuda-kuda yang ditunggangi masyarakat saat  perayaan Tiyu atau berkuda ini bukan hanya berasal dari wilayah Desa Jantuk, Lombok Timur, lantaran kuda di daerah ini dinilai sudah jarang. 

Untuk itu kuda-kuda  yang digunakan untuk perayaan Tiyu berasal dari seluruh Pulau Lombok. 

Masyarakat menyewa dengan berbagai macam tariff, dengan harga atau tarif  terendah  Rp 2,5 juta .

“Sekarang kuda di kita jarang, kita ambil ada dari Kabupaten Lombok Utara ada juga dari Sekotong,” katanya.

3. Keselamatan

Penunggang kuda ini menggunakan pakain biasanya yang digunakan sehari-hari tanpa dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) dalam berkuda. 

Pihak desa mengakui jika pernah adanya insiden kecelakaan yang mengakibatkan penunggang kuda tersebut patah.

“Pengalaman terburuk pada tahun 2023 karena miskomunikasi ada yang sampai patah tabrak truk,” kata Hakim.

Ia menyebut kecelakaan ringan yang membuat penunggangnya jatuh dari kuda dan tergores dianggap hal biasa. 

Bahkan masyarakat rela mudik ke kampung halamannya untuk menyaksikan dan naik kuda. 

Alasan ini pula yang membuat perayaan tradisi Tiyu ramai.

“Itu nomor satu sewa kuda, nanti itu baju dan sandal lebaran,” akunya.

Pihak desa kini telah mengevaluasi pengalam-pengalaman tahun lalu dan membuat portal yang akan memasuki desa Jantuk.

“Tahun ini terkontrol aman dan tertib, setiap tahun kami koreksi dan evaluasi. Tahun ini kami ada tambahan personel dan siagakan di portal-portal,” ujarnya.

(*)

Berita Terkini