TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Lalu Muhammad Iqbal sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih akan dilantik pada Februari mendatang oleh Presiden Prabowo Subianto.
Usai dilantik, sejumlah pekerjaan rumah telah menunggu Lalu Iqbal. NTB saat ini masih menghadapi berbagai tantangan mendasar dalam membangun provinsi ini.
Meskipun NTB memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata, perikanan, dan pertanian, sejumlah permasalahan mendasar seperti kemiskinan, pengangguran, sampah, dan infrastruktur yang kurang memadai masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Berikut adalah gambaran tantangan Lalu Iqbal memimpin NTB lima tahun untuk menjadi lebih makmur dan mendunia ke depan.
1. Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi salah satu isu utama di NTB. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di provinsi ini berada di atas rata-rata nasional.
Sebagian besar masyarakat NTB menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perikanan, yang rentan terhadap fluktuasi cuaca dan harga pasar.
Kondisi ini diperburuk oleh keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di NTB mengalami penurunan sebesar 1 persen dalam enam bulan terakhir. Pada September 2024, tingkat kemiskinan turun menjadi 11,91 persen dari 12,91 persen pada Maret 2024.
Jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 50,41 ribu orang, dari 709,01 ribu pada Maret menjadi 658,60 ribu pada September 2024.
2. Pengangguran
Pengangguran menjadi tantangan berikutnya. Meski NTB memiliki potensi besar di sektor pariwisata, penyerapan tenaga kerja lokal belum maksimal. Banyak tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan relevan dengan kebutuhan industri, sehingga angka pengangguran tetap tinggi.
Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB, angkatan kerja baru bertambah sekitar 160 ribu hingga 200 ribu orang setiap tahun.
Dari total angkatan kerja 3,3 juta jiwa, tingkat pengangguran mencapai 2,8 persen atau sekitar 106 ribu orang, yang merupakan angka terbaik keempat secara nasional. Namun, mayoritas pekerja di NTB masih berada di sektor informal 1,6 juta orang dibandingkan sektor formal sebanyak 700 ribu orang.
3. Sampah
Sampah menjadi salah satu permasalahan serius di NTB, terutama di daerah wisata seperti Lombok dan Sumbawa.
Akumulasi sampah, baik organik maupun anorganik, tidak hanya merusak keindahan alam tetapi juga mengancam kelestarian lingkungan.
Pemerintah Provinsi NTB menunda rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok akibat perluasan landfill yang memperpanjang usia pakai hingga Juli 2025.
Padahal TPA ini sudah melebihi kapasitas sejak pertengahan tahun 2024 lalu.
Setiap harinya, TPA ini menerima 300 ton sampah. Untuk mengurangi beban, TPST Sandubaya yang berkapasitas 50 ton sudah dioperasikan, dan pembangunan TPST Kebon Talo di Ampenan sedang berlangsung.
4. Infrastruktur
Keterbatasan infrastruktur menjadi penghambat utama bagi percepatan pembangunan di NTB.
Banyak daerah masih kesulitan mengakses jalan, air bersih, listrik, dan layanan internet. Hal ini berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan pedesaan.
Berita teerbaru masih banyak warga yang susah mengakses infrastruktur kesehatan. Banyak ibu hamil harus ditandu melewati jalan termal untuk Sampaio ke pusat kesehtan.
Sebelumnya Lalu Iqbal menegaskan dirinya adalah pemimpin yang hadir untuk masyarakat kecil, bukan hanya untuk kaum berada. Hal itu disampaikan saat kunjungannya ke Kampus 2 Universitas Muhammadiyah di Bima, Minggu (19/1/2025).
“Saya diangkat jadi gubernur bukan oleh orang kaya, tapi oleh tangan-tangan masyarakat kecil, mereka yang selama ini terlupakan. Orang-orang yang memilih saya adalah mereka yang kehilangan harapan, tapi menitipkan sisa harapan itu kepada saya,” kata Lalu Iqbal.
Lalu Iqbal mengaku terharu melihat dukungan masyarakat di daerah miskin dalam pemilihannya. Bahkan, beberapa wilayah memberikan suara hingga di atas 80 persen. Hal ini menjadi motivasi besar bagi dirinya untuk bekerja lebih keras.
“Mereka yang memilih saya adalah orang-orang di daerah paling miskin. Itu membuat saya menangis karena amanah ini adalah kepercayaan yang sangat besar,” ujarnya.
Lalu Iqbal menyebutkan, mengentaskan kemiskinan adalah prioritas utama dalam kepemimpinannya. Baginya, kemiskinan adalah akar dari berbagai persoalan sosial yang harus segera diselesaikan.
“Jika kita tidak serius menyelesaikan kemiskinan, semua masalah sosial lainnya hanya akan jadi lingkaran setan. Ini sesuai keyakinan Rasulullah bahwa ibu dari semua masalah sosial adalah kemiskinan,” tegasnya.
(*)