Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Sejumlah pelaku usaha di Mandalika mengeluhkan keberadaan pedagang asongan di Mandalika yang seringkali memaksa pengunjung membeli barang dagangan.
Pedagang asongan keliling dimaksud yakni yang menjual kain tenun, kaos, sarung hingga gelang.
Selain orang dewasa, ada pula pedagang asongan di usia sekolah.
Sales Manager & Operational Recharge Mandalika Lalu Putra Wijaya, mengatakan, kendala restoran di Mandalika hampir sama yaitu keberadaan penjual asongan yang tidak ditertibkan ITDC sebagai pengelola kawasan.
Pedagang asongan menjadi kendala utama karena selalu menjadi keluhan tamu yang berkunjung.
Baca juga: Wisatawan Padati Pantai Kuta Mandalika saat Libur Nataru 2025, ITDC Siapkan 5 Posko Pengamanan
"Yang paling krusial itu memang pedagang. Sangat berpengaruh karena komentar dari tamu baik domestik maupun internasional itu pasti ada. Karena kita sudah membuktikan dari ulasan-ulasan termasuk ulasan di recharge di media sosial dan google," jelas Lalu Putra kepada Tribun Lombok, Kamis (26/12/2024).
"Ketika tamu belum datang, belum makan, belum selesai makan sudah dihampiri. Mereka dipaksa untuk membeli penjual-penjual asongan. Mudah-mudahan ada solusi baik dari pemerintah maupun teman-teman ITDC," sambungnya.
Lalu Putra menegaskan, pihaknya sama sekali tidak mempersoalkan pedagang asongan untuk mencari nafkah di Pantai Kuta.
Namun bagi Putra, hal yang terpenting adalah pedagang harus tahu adab dan tata cara beretika yang baik kepada tamu yang datang.
Baca juga: Kemenpar RI Turun Langsung Cek Kesiapan Bandara Lombok dan Mandalika Sambut Libur Nataru 2024/2025
Dia mencontohkan bagaimana pedagang asongan melakukan pemaksaan kepada pengunjung untuk membeli.
Menurut Lalu Putra, saat satu pedagang asongan dibeli, kemudian selanjutnya pedagang asongan lainnya ikut menyerbu.
Selanjutnya terus memepet wisatawan sampai risih bahkan terus membuntutinya sampai wisatawan tersebut naik kendaraan atau pindah tempat.
"Pedagang asongan benar-benar jadi kendala utama. Karena satu yang dipanggil (dibeli) semuanya merapat. Baik itu pedagang kain, pedagang gelang dan caranya kadang mereka maksa," jelas Lalu Putra.
Bagi Lalu Putra, hal tersebut dapat memperburuk citra Mandalika.