Pentas Wayang Botol Edukasi Santri dan Warga untuk Menjaga Lingkungan di Sembalun

Penulis: Rozi Anwar
Editor: Sirtupillaili
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana pementasan wayang botol, di Yayasan Daarul Qurro' Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Sabtu (30/3/2024). Warga dan santri antusias menonton pementasan wayang yang terbuat dari sampah plastik ini.

Laporan Wartawan TribunLombok.com Rozi Anwar

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Pentas seni budaya menjadi salah satu wahana edukasi bagi anak-anak agar cinta dan ikut menjaga lingkungan. Salah satunya melalui pentas wayang botol yang digagas Sekolah Pedalangan Wayang Sasak Mataram.

Berbeda dengan wayang kulit pada umumnya, wayang botol merupakan wayang yang terbuat dari sampah plastik.

Wayang botol dibuat mirip seperti boneka. Kepalanya dan badannya terbuat dari botol, telinganya terbuat dari tutup botol, bibirnya terbuat dari plastik, dan lengan tangannya dari sedotan.

Bagi anak-anak tampilan wayang botol sangat lucu, apalagi ketika ia dimainkan oleh dalangnya.

Terlihat ketika wayang botol dimainkan saat pentas di Yayasan Daarul Qurro' dalam acara Ramadhan Budaya Jilid III, di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/3/2024).

Baca juga: Dalang Wayang Sasak Lalu Nasib AR Terima Bantuan Kursi Roda Elektrik

Wayang botol ini dimainkan langsung dua santri dan didampingi dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak Mataram.

Ada lima tokoh yang penting dalam pentas tersebut, dua tokoh santri, satu pemuda, kakek-kakek tua dan derakula.

Wayang menceritakan dalam pementasannya, bagaimana cara menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarang.

Dua seorang santri yang membawa pemuda dan kakek-kakek tua untuk pergi ke bukit Selong yang dekat dari kampung dua santri tersebut.

Sesampainya di bukit selong, pemuda dan kakek tua itu sangat terpesona melihat keindahan alam yang ada di sana, sambil menikmati pesona alamnya yang sangat indah tiba-tiba kakek tua itu dan pemuda itu pergi untuk mencari kamar mandi, ia pun memberitahukan kepada dua santri itu untuk tetap menunggunya di bukit dengan memberikan bekal kepadanya berupa senek atau jajanan.

Sambil menunggu kedatangan kakek tua dan pemuda itu, dua santri itupun memakan bekal yang diberikan oleh kakek tua dan pemuda itu, setelah selesai makan, salah satu santri itu membuang sampah sembarangan, ia tidak membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan.

Tiba-tiba beberapa menit, datanglah derakula yang sangat mengerikan dan sangat menjijikkan, mereka pun takut dan berlari terbirit-birit meninggalkan lokasi.

Setelah dia ketakutan dua santri itupun bertemu kakek tua dan pemuda itu, dua santri itu menceritakan kejadian tadi.

Kakek tua itupun memberitahukan kepada dua santri itu, adanya derakula yang menjijikan dan sangat mengerikan itu, itu adalah jelmaan dari sampah yang menumpuk, karen ia membuang sampah sembarang dan terkumpul menjadi satu dan menjadi derakula yang mengerikan dan menjijikan.

Halaman
12

Berita Terkini