Kisah Bambang Supratomo Pernah Jadi Marbot Masjid Hingga Konsultan Perusahaan Swedia

Penulis: Sinto
Editor: Wahyu Widiyantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Ardhia Rinjani (Tiara) Lombok Tengah Bambang Supratomo.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Ardhia Rinjani (Tiara) Lombok Tengah mengubah perusahaan ini dari kategori tidak sehat menjadi sehat.

Di balik kepemimpinan Bambang Supratomo tersimpan perjalanan panjang yang penuh dengan suka dan duka.

Bambang lahir dari keluarga kurang mampu di Desa Aiq Darek, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah.

Masa kecilnya dijalani dengan susah payah bahkan untuk makanpun susah.

Baca juga: Perumdam Tiara Lombok Tengah Optimis Pertahankan WTP 3 Kali Berturut-turut

Pria kelahiran 24 Juli 1984 ini kemudian ingin mengubah nasib dengan menempuh pendidikan tinggi.

Bambang menjadi seorang programmer berkat pengalaman pernah menempuh kuliah di sekolah tinggi manajemen informatika dan komputer (STMIK) Bumigora Mataram.

Walaupun akhirnya harus berhenti karena persoalan biaya.

Ia kembali melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Muhammadiyah Mataram mengambil jurusan ilmu pemerintahan sampai berhasil wisuda tahun 2009.

Sambil kuliah, Bambang Supratomo muda juga mengabdi di desanya.

Baca juga: Berkah Ramadhan, Perumdam Tiara Lombok Tengah Berikan Bingkisan bagi Pelanggan Tepat Waktu

Bambang Supratomo aktif diberbagai kegiatan dan organisasi mulai dari tarung derajat, forum kepemudaan di desa, hingga aktivis.

"Oleh karena itu saya kenal beberapa aktivis yang hingga saat ini aktif menyuarakan hak-hak masyarakat bahkan hingga saat ini. Kami banyak memperjuangkan soal jalan, hutan masyarakat adat, dan lain sebagainya," beber mahasiswa program magister Unram ini.

Bambang sempat bekerja serabutan hanya demi bisa bertahan hidup dan lepas dari himpitan utang.

Di tengah cobaan itu, Bambang memutuskan untuk menikah. Kala itu usianya 25 tahun.

Alasannya, dia tidak rela kehilangan sang pujaan hati jika terlalu lama mempersuntingnya.

Bambang lalu merantau ke Jakarta hanya dengan modal ongkos transportasi pada tahun 2009 meninggalkan istri dan anaknya yang masih kecil.

"Saya berangkat ke Jakarta dengan modal nekat. Tidak ada akses dan tidak ada apa-apa. Hanya dengan cukup ongkos saja biar bisa sampai sana menggunakan bus. Saya lupa nilainya berapa waktu itu," sebut wakil ketua PD Perpamsi NTB ini.

Bambang bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hingga akhirnya agar bisa bertahan hidup dan makan, Bambang Supratomo tinggal di masjid.

Bambang harus bekerja membersihkan toilet masjid, membersihkan tempat wudhu agar bisa tinggal dan diberi makan.

Direktur Perumdam Tiara Lombok Tengah Bambang Supratomo. (ISTIMEWA)

Selama tinggal di Masjid, Bambang belajar banyak mengenai keislaman dan ikut kajian.

Bambang juga pernah menjadi seorang tukang parkir agar kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi sambil mencari lowongan kerja.

"Akhirnya saya coba buka di Internet dan melihat berbagai pekerjaan di situs loker lainnya pada zaman itu. Akhirnya Alhamdulillah dapat panggilan untuk interview di salah satu perusahaan," jelas pemuda Gusdurian ini.

Tidak mudah Bambang untuk wawancara pekerjaan karena ia tinggal di Jakarta Utara sementara panggilan kerja dari perusahaan berada di Jakarta Selatan.

Akhirnya dengan sisa uang yang ada, hanya ada dua opsi pilihan Bambang.

Kalau Bambang naik bus maka ia akan cepat sampai tapi ia tidak bisa makan, sementara kalau ia sisakan uang untuk makan maka ia tidak bisa naik bus.

Akhirnya Bambang memutuskan untuk membeli makan dengan jalan kaki dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan.

"Saya harus jalan kaki sekitar 25-30 kilometer. Ketika haus saya cari masjid. Ketemu lapar cari di masjid juga. Jadi memang masjid menjadi andalan saya. Kalau saya lapar, ngantuk cari masjid. Bisa ngaji cukup membantu waktu itu dan kadang diminta jadi imam shalat," sebut Bambang.

Karena jalan kaki puluhan kilometer membuat sepatu Bambang bolong dan kakinya lecet semua.

Hingga akhirnya, Bambang diberikan sebuah kebahagiaan oleh tuhan dan lelahnya terbayarkan karena yang memanggil ia untuk wawancara pekerjaan ternyata perusahaan besar dan ternama.

Bambang dipanggil bekerja di perusahaan Bakrie Group milik Aburizal Bakrie salah satu orang terkaya di Indonesia dan ketua umum Golkar waktu itu.

"Bakrie Group buka lowongan di Bakrie Plantation yang merupakan holding dari perusahaan Bakrie Group. Bakrie Plantation ini bergerak di bidang perkebunannya kelapa sawit," jelas Bambang.

Bambang mengaku benar-benar tidak percaya diterima diperusahaan ini dan menurutnya merupakan anugerah tuhan.

Hal ini karena pelamar perusahaan ini kurang lebih sekitar 100-200 orang yang merupakan fresh graduate dari universitas terkemuka.

Bambang berhasil menyisihkan pesaingnya.

"Alhamdulillah akhirnya saya diterima sebagai general administration. Saya tunjukkan basic skill computer, mengetik dengan 10 jari, nalar berpikir dan kemampuan public speaking sehingga tidak mau kalah dengan pelamar lainnya," sebut Bambang.

"Dari pelamar 200-an orang waktu itu yang dibutuhkan hanya 15 orang termasuk saya yang lolos. Ada yang penempatan posisi Sumatera dan lain sebagainya. Banyak anak-anak yang melamar termasuk dari UI, ITB tapi persyaratannya minimal memang ijazah SMA," sambungnya.

Kisah Bambang ini mirip film "The Pursuit of Happyness", yakni tokoh Chris yang berusaha mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan dan membangun reputasi dirinya sampai lulus interview di perusahan yang diinginkan.

Baca juga: Kades Karang Sidemen Sarankan Perumdam Tiara Lombok Tengah Manfaatkan Mata Air Eyat Terep

Direktur Perumdam Tiara Lombok Tengah, Bambang Supratomo saat menyampaikan sambutan dalam tasyakuran peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-32 di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Sabtu (25/11/2023). (DOK PDAM LOMBOK TENGAH)

Saat awal-awal bekerja dengan gaji tidak seberapa, ia menyisihkannya untuk keluarga anak istrinya di rumah.

Sisanya untuk membayar kos. Sementara untuk makan, Bambang seperti biasa menghabiskan waktu di masjid atau menjadi tukang parkir.

Setelah 1-2 tahun di perusahaan Bakrie Group, Bambang pindah ke Perusahaan Singapura berkat jaringan dan relasi yang dia bangun selama bekerja.

Bambang bekerja di perusahaan Tifa Finance yang bergerak di bidang pembiayaan project yang nilainya miliaran.

Bambang bekerja sebagai account officer hingga akhirnya dipercaya menjadi analis.

Dengan pengalaman sebagai account officer dan analis, Bambang dipercaya menjadi seorang konsultan.

"Jadilah saya konsultan proyek. Sampai hari ini kemampuan konsultan saya masih ada khususnya di dunia tambang. Tugas konsultan itu misalnya punya tambang batu bara sekian hektare lahan.

"Saya kemudian yang memberikan advice soal kebutuhan investasi sekian, butuh alat berat sekian, kapasitas produksi sehingga potensi keuntungan sekian. Saya bisa hitungkan," imbuhnya.

Bambang lebih spesifik lagi sebagai konsultan bisa menghitung tentang kapasitas produksi keuntungan kalau memakai salah satu alat berat.

Sebagai contoh adalah alat bor misalkan bisa mengebor berapa lama, kapasitas produksi, butuh maintenance berapa, dan keuntungannya berapa.

"Itu mahal ilmunya karena berkaitan dengan tambang. Karena itu banyak yang menawarkan saya bekerja di perusahaan ini itu.

"Sampai terakhir saya bekerja di perusahaan Atlas Copco yang merupakan perusahaan asal Swedia yang merupakan perusahaan tertua dan terbesar di dunia untuk pengeboran yang berdiri tahun 1973," jelas Bambang.

Bambang bekerja di perusahaan tersebut selama 7 tahun dan merupakan puncak karirnya.

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan multinasional sehingga ia sering bolak balik ke luar negeri.

Bekerja di perusahaan ini membuat ia terbiasa bekerja sistematis dan profesional karena merupakan perusahaan asing yang memiliki cabang di berbagai negara.

Pengalaman panjang inilah yang kemudian coba diterapkan di PDAM Lombok Tengah meskipun tidak mudah karena sumber daya manusianya berbeda.

Meski demikian, Bambang telah membawa banyak kemajuan di perumdam mulai dari Perumdam Tiara Lombok Tengah masuk dalam kategori wajar tanpa pengecualian (WTP) berdasarkan audit dari kantor akuntasi publik (KAP).

Perumdam Tiara masuk kategori sehat berdasarkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2023.

Dalam satu tahun selama periode tahun 2023, Perumdam telah berhasil cepat tanggap menyelesaikan 1.030 pengaduan.

Penghargaan BUMD Award Bintang 4 dan TOP Ceo BUMD tahun 2023 dari Majalah TopBussines dan MSI atas kinerja dan tata kelola manajemen BUMD.

(*)

Berita Terkini