PROFIL Anak Agung Gde Ngurah Putra, Kalapas Terbuka Lombok Tengah yang Memimpin dengan Prinsip Adil

Penulis: Sinto
Editor: Wahyu Widiyantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah Anak Agung Gde Ngurah Putra.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Kepala Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah Anak Agung Gde Ngurah Putra dikenal tegas dan memimpin dengan prinsip berkeadilan.

Sebelumnya dia menjabat sebagai Kepala Lapas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Batukliang Lombok Tengah.

Pria kelahiran 22 Juli 1968 ini memiliki tiga orang anak.

Agung dipercaya enam kali sebagai kepala unit pelaksana teknis (UPT) Pemasyarakatan.

Baca juga: Lapas Kelas IIA Lombok Barat Dekatkan Layanan Informasi Digital Terintegrasi untuk Warga Binaan

Agung usai lulus SMA sempat menganggur selama setahun.

Akhirnya dibukalah penerimaan calon taruna akademi ilmu pemasyarakatan tahun 1990.

Agung muda pun mencoba peruntungannya dengan mendaftar.

Ia juga telah mempersiapkan fisiknya dengan baik termasuk persiapan akademik.

Akhirnya Agung berhasil diterima di tingkat di Jakarta dan kemudian melanjutkannya ke tingkat dua.

Baca juga: Lapas Lobar Terima Bantuan 1,1 Ton Demplot Pupuk untuk Optimalisasi Pembinaan

Ia pun menjadi pegawai penjara saat tingkat dua dan menyelesaikan pendidikannya sampai selesai sebelum akhirnya ditempatkan di NTT.

"Kebetulan juga keluarga pemasyarakatan. Begitu tamat pada tahun 1993 saya ditempatkan di NTT. Belajar terus di sana karena tiga tahun di Jakarta kebanyakan teori," beber Agung.

Agung mengabdi di NTT selama tujuh tahun turun ke lapangan membina para narapidana.

Berkat kegigihannya, Dia kemudian diberikan amanah sebagai kasi registrasi di lapas tersebut.

"Tujuh tahun menjabat, saya dipindahkan ke Mataram NTB pada tahun 1999 karena waktu itu Timor-Timor pisah dari Indonesia merdeka," beber Agung.

Agung pun menjabat sebagai kepala urusan umum dan selanjutnya kepala seksi kegiatan kerja di Lapas Mataram.

Agung pun dipercaya sebagai kepala Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara pada tahun 2009.

Empat tahun di Lapas Mataram, Agung pindah ke Denpasar Bali dengan jabatan yang sama selama dua tahun.

Kemudian ia pindah lagi ke rumah tahanan negara di Jembrana Bali selama dua tahun sebelum akhirnya kembali ke Lombok.

"Selama enam kali sebagai kepala UPT tidak pernah ada gangguan sekecil apapun baik di teman-teman tempat saya kerja juga sama narapidana. Karena kuncinya di Lapas itu membina dengan sistem berkeadilan," beber Agung.

Menurut Agung, kalau sudah adil maka potensi bentrok pun minim.

Baca juga: Lapas Lombok Barat Fokus Meningkatkan Pelayanan Kesehatan di Tahun 2024

Menurutnya, kalau tidak mampu memimpin maka penjahat kelas teri pun akan beringas.

Tapi bekerja sebagai kepala Lapas tak selalu mudah.

Dia pun merasakan bagaimana harus fokus dengan tugas dan wewenangnya.

"Tidak bisa tidur karena 24 jam menjaga orang. Bukan menjaga buku, bukan menjaga barang mati. Orang tentunya punya pikiran mau kabur, berbuat yang aneh-aneh," beber dia.

Dia bersyukur bisa menyadarkan para napi sehingga tidak kembali lagi melakukan tindak kejahatan.

Cita-cita besar dirinya adalah bisa melihat kawan dan anak buahnya bisa sukses menjadi pegawai eselon I ataupun menjadi Dirjen.

"Saya bersyukur aja saya dan keluarga sehat pensiun mulus. Tidak ada aneh-aneh. Pensiun mulus. Tapi pokoknya kuncinya sehat punya uang atau tidak yang penting sehat dan dekat dengan keluarga," pungkas Agung.

(*)

Berita Terkini