TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT Ketua DPD PDIP NTB Rachmat Hidayat memberikan orasi dalam Simakrama Kebangsaan yang diadakan Dewan Pimpinan Daerah Peradah Lombok Barat.
Dalam orasi simakrama kebangsaan, Anggota DPR RI Dapil Lombok ini banyak menyinggung tentang bagaimana memaknai arti toleransi dan keberagaman dalam arti yang sesungguhnya.
Rachmat kemudian memaparkan bahwa bahwa tali persaudaran jangan sampai terputus karena berbeda agama maupun suku bangsa.
“Tali ikatan kita di dalam kehidupan kita tidak tahu kapan kita mati, kapan kita begini, Oleh karena itu tetap kita bersaudara, bersahabat sampai kita mati,” ujarnya, Sabtu (14/10/2023).
Rachmat mengatakan, selama menjadi Ketua DPD PDIP NTB, banyak sekali anggota dewan PDIP yang beragama Hindu.
Itu adalah langkah Rachmat memupuk toleransi sehingga anggota dewan tersebut bisa memperjuangkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di Dapilnya.
“Contoh di Mataram ada 4 anggota DPR saya yang Hindu. Begitu saya jadi Ketua DPD banyak sekali yang Hindu. Maksud saya untuk membantu teman-teman kita memperbaiki tempat-tempat ibadah, untuk keumatan berdharma di bidang agama,” jelasnya.
Dia meminta Raden Nuna untuk memperbaiki tempat beribadah di Pura Gunung Sari Lombok Barat yang hancur akibat gempa 2018 lalu.
Rachmat mengatakan akan meminta para kader menyisihkan bantuan mereka untuk memperbaiki tempat ibadah tersebut.
“Raden Nuna kapan ada pokir? Kalau dapat jadi anggota DPR lagi sanggup enggak? Saya minta yang lain sama-sama berapa sumbangkan,” kata Rachmat yang kemudian ditimpali “Sanggup,” oleh Raden Nuna.
Dia meminta masyarakat Hindu di Lombok untuk tidak merasa minoritas berada di Lombok, karena semuanya merupakan warga Lombok yang memiliki hak yang sama.
“Jangan merasa minoritas, enggak ada minoritas. Kalau saya bilang enggak ada orang Bali di sini, tetapi orang Sasak yang beragama Hindu,” ujar dia.
Dia menceritakan perjuangan dirinya saat Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram berubah menjadi Institut Agama Hindu Negeri (IAHN).
“STAIN menjadi IAIN, dari IAIN menjadi UIN. Hindu punya STAHN menjadi Institut (IAHN). Itulah komitmen saya, anak-anak saya juga ada yang Hindu, sama saja. Tuhan melahirkan kita karena Tuhan suka kita,” katanya.
Di akhir Orasinya Rachmat Hidayat memberikan sumbangan stimulan untuk memperbaiki bangunan Pura Gunung Sari mengingat tempat ibadah umat Hindu itu memiliki sejarah panjang karena dibangun pada era Anak Agung sekitar abad 17 silam.