Pilpres 2024

Pasangan Prabowo Subianto - Erick Thohir Butuh Restu Muhaimin Iskandar

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin meresmikan kantor Sekber Gerindra-PKB, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2023).

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Posisi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar sangat menentukan dalam mewujudkan duet Prabowo dan Erick Thohir sebagai capres dan cawapres 2024.

Pasangan Prabowo - Erick Thohir bisa terwujud manakala mendapatkan restu dari Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo dan Sebut Ganjar Pranowo Cukup Mampu Memimpin Indonesia

Baca juga: Pertemuan Puan Maharani dan Muhaimin Iskandar Berlangsung Hangat dan Gembira

Demikian pandangan Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam.

Ahmad Khoirul Umam mengatakan hal itu sebab PKB sejak awal menyodorkan nama ketua umum mereka, Muhaimin Iskandar, sebagai bakal calon wakil presiden.

“Hambatan Erick Thohir saat ini hanyalah PKB yang sejak awal sudah secara terang mengajukan proposal pencawapresan Gus Muhaimin,” kata Ahmad Khoirul Umam, Jumat (18/8/2023).

Menurut Umam, Erick Thohir berpeluang besar jadi calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subiano.

Sebab, selain didukung Partai Amanat Nasional (PAN), Erick juga kabarnya mengantongi restu Presiden Joko Widodo.

Tak hanya itu, elektabilitas Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tersebut juga terbilang moncer.

Namun, bagaimanapun, PKB menjadi partai pertama yang menyepakati kerja sama koalisi dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo sebagai bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024.

Sejak awal berkoalisi, Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, bersikukuh menjadi cawapres.

Upaya PKB untuk mencalonkan Muhaimin sebagai pendamping Prabowo juga sudah diikhtiarkan sedemikian sabar sesuai fatsun politik berkoalisi.

“Jika akhirnya gagal karena ditelikung oleh kawan seiring yang baru saja masuk dalam koalisi, maka yang terluka adalah harkat, martabat, harga diri, dan kedaulatan PKB,” ujar Umam.

Jika tak menggandeng Muhaimin sebagai cawapres, lanjut Unam, Prabowo berpotensi kehilangan basis dukungan suara Nahdliyin yang lekat dengan PKB.

Besar kemungkinan suara kalangan Nahdlatul Ulama (NU) terpencar dan tidak terkonsolidasi. Sementara, Prabowo sendiri paham bahwa dirinya gagal di dua kali pemilu presiden karena tak mampu mengonsolidasikan basis suara Jawa Tengah dan Jawa Timur yang notabene memiliki basis santri Nahdliyin.

Seandainya Prabowo tetap ingin berduet dengan Erick Thohir, dirinya harus bernegosiasi langsung dengan Muhaimin dan PKB untuk menyepakti skema kompromi, kompensasi, atau “deal” lainnya.

Halaman
12

Berita Terkini