Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am
TRIBUNLOMBOK.COM,MATARAM - Dua dokter RSUD Provinsi NTB mengungkap pengalaman menangani Marc Marquez yang terjatuh di sesi pemanasahan MotoGP Mandalika 2022.
Dokter Spesialis Emergency RSUD Provinsi NTB dr. Eko Widya Nugroho, Sp. EM, dan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Mohammad Rakhmad Abadi, Sp. KO bertugas sebagai NTB Med'X.
Dua dokter berlisensi FIM ini tergabung dalam NTB Med'X, tim khusus RSUD Provinsi NTB yang disiapkan untuk terjun di event balapan internasional.
Dokter Eko menceritakan gejolak batin antara bertemu superstar balap motor Marc Marquez dan menjaga profesionalismenya sebagai dokter.
Baca juga: NTB MedX, Tim Kesehatan Event Internasional RSUD NTB Terjun di MXGP hingga MotoGP
"Waktu itu kami satu helikopter, wah itu jiwanya meronta-ronta," cerita dokter Eko.
Sebagai manusia biasa yang bertemu dengan bintang dunia, tidak dipungkiri ada gejolak diri ingin mengabadikan momen tersebut.
"Tapi ya itu resiko kita di lapangan yang bertugas, kerahasiaan dari pada rider itu harus dijaga dan itu sangat rahasia," terang dokter Eko, dalam program khusus Bincang TribunLombok.com, Kamis (13/7/2023).
Eko tahu benar dirinya harus bertindak profesional sehingga tidak ada dokumentasi baik itu foto atau video tentang kondisi Marquez termasuk mengumumkannya ke media.
Momen menangani cedera Marc Marquez itu pun menjadi perbincangan Eko dengan istrinya sepulang dari Sirkuit Mandalika.
"Istri saya tanya kenapa tidak foto, ya balik lagi itu resiko kita sebagai petugas medis," ungkapnya.
Momen bertemu bintang dunia cukup disimpan dan dikenang di ingatan saja.
Di sisi lain, petugas medis berusaha menahan diri untuk tidak memberikan respons berlebih terhadap bintang dunia juga disebut cukup berat.
"Namun sebagai petugas medis mau Marquez, kru ataupun penonton, kalau sudah berurusan dengan medis derajatnya sama," tegas dokter Eko.
Artinya tidak ada perbedaan dan itu standar yang harus dipenuhi oleh tim medis yang bertugas.
"Tidak boleh aji mumpung," lanjutnya.
Dokter Rakhmad Abadi menambahkan, menjadi petugas medis di event internasional ini cukup berat.
Tugasnya yang penuh resiko dan membutuhkan kecepatan tinggi dalam memberikan layanan medis.
Seperti halnya Dokter Eko, tidak ada foto atau dokumentasi kebersamaannya dengan Marquez.
"Waktu Marquez di medical center saya di samping Marquez itu menunggu hasil pemeriksaan dan tidak ada foto, karena memang tidak boleh."
Baca juga: RSUD NTB Siapkan Medical Center di MXGP Samota dengan 8 Dokter Spesialis dan 76 Perawat
Apabila sampai ada foto atau rekaman saat sedang menangani rider, maka itu sudah dipastikan tidak boleh bertugas menangani event balapan lagi.
Bukan hanya di MotoGP, dokter Rakhmad juga menceritakan saat ia sebagai dokter Timnas Indonesia waktu Asian Games.
"Waktu Indonesia menang, kita sebagai warga negara kan ingin sekali bersorak merayakan kemenangan negara kita, tapi itu tidak boleh."
Tim medis itu harus benar-benar netral.
"Kalau ketahuan seperti itu bisa dicoret lisensinya sebagai petugas medis event internasional," tutupnya.
(*)