"Kalau yang di Dompu itu lima puluh ribu sampai seratus ribu per truk, nah kalau yang di Sumbawa itu dihitung per ekor sapi dalam satu truk," bebernya lagi.
"Saya lihat ember yang digunakan untuk simpan uang itu, penuh, karena banyak sekali fuso yang jalan bawa sapi kan kemarin," tambah AD.
Praktik pungli ini, lanjut AD, menjadi persoalan yang menambah penderitaan para peternak asal Bima yang hendak menjual sapinya ke daerah lain.
AD merasa percuma mengurus lengkap administrasi di pemerintahan secara resmi tapi di jalan masih saja dipungli oleh oknum petugas.
"Berapa sih keuntungan kami, sedikit sekali kalau dibandingkan dengan uang yang kami keluarkan saat kirim sapi, apalagi sekarang kami buntung, bukan untung," pungkasnya. (*)