TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDIP Puan Maharani sudah menjadwalkan pertemuan dengan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Rencana pertemuan ini tentu saja menimbulkan tanda tanya bagi banyak pihak, lantaran PDIP dan Demokrat dikenal berseberangan sejak lama.
Baca juga: Gus Choi Curiga PDIP Punya Niat Buruk Terkait Rencana Pertemuan Puan dengan AHY
Terlebih Ketua Majelis Tinggi Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum PDIP, Megawati pernah bersitegang, meski kini tampaknya hubungan mereka sudah membaik. Juga, kedua partai ini sudah sama-sama memiliki Capres masing-masing.
Demokrat yang tergabung di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) bersama NasDem dan PKS mengusung Anies Baswedan, sedangkan PDIP memilih Ganjar Pranowo.
Terkait rencana pertemuan PDIP dan Demokrat, SBY menyambut positif rencana pertemuan partainya dengan PDIP. SBY menilai setiap pertemuan yang didasari niat baik akan selalu membawa kebaikan.
Pertemuan tersebut dinilai sebagai salah satu upaya berbaikan antara PDIP dan Demokrat.
Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IPI), Burhanuddin Muhtadi, Puan mengambil peran pencair suasana yang seolah-olah memberikan sindiran.
"Mbak Puan sudah mengambil peran sebagai ice breaker ini 'kan seolah-olah sindiran nih, kalau putra-putri bisa bertemu, masak orangtuanya (SBY-Mega) nggak mau bertemu," ujarnya, Senin (12/6/2023).
Kedekatan SBY dan Megawati
Saat Mega menjadi Presiden ke-5 RI, ia menunjuk SBY sebagai Menko Polkam. Padahal, kala itu santer kabar yang mengatakan SBY terlibat dalam tragedi Kerusuhan 27 Juli (Kuda Tuli) yang menghancurkan Kantor DPP PDI (nama PDIP di era Orde Baru).
Tak hanya itu, status SBY yang merupakan menantu Sarwo Edhie Wibowo, juga menjadi sorotan kala itu. Pasalnya, Sarwo Edhie Wibowo adalah orang yang dianggap berseberangan dengan Presiden Soekarno.
Elite PDIP pun sempat mempertanyakan sikap Mega tersebut. "Megawati yang lebih mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan, mengatakan, 'Saya mengangkat Pak SBY sebagai Menko Polkam bukan karena menantu Pak Sarwo Edhie'," ungkap Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, lewat keterangan tertulis, Rabu (17/2/2021), saat menceritakan alasan Mega memilih SBY sebagai menteri, dilansir Kompas.com.
"Saya mengangkat dia karena dia adalah TNI, Tentara Nasional Indonesia. Ada 'Indonesia' dalam TNI, sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa. Kapan bangsa ini maju kalau hanya melihat masa lalu?" lanjut Hasto menirukan ucapan Mega.
Menjelang Pilpres 2024, SBY mundur sebagai menteri Mega karena berniat maju sebagai Capres. Kepada mantan Sekjen Demokrat, Marzuki Alie, SBY mengungkapkan niatnya ingin berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), yang kala itu juga menjabat sebagai Menko Kesra di pemerintahan Mega.
"Waktu itu Pak SBY menyampaikan ke saya akan berpasangan dengan Pak JK," cerita Marzuki Alie di YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Februari 2021.
SBY bersama JK pun mencalonkan diri sebagai Capres dan Cawapres, bersaing bersama lima pasangan lainnya, yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
SBY-JK memenangkan putaran pertama dan di urutan kedua ada Megawati-Hasyim Muzadi. Mereka mengikuti Pilpres putaran kedua, SBY-JK memenangkan pertarungan. Megawati pun harus merelakan kursi presiden untuk SBY.
Sejak saat itu, hubungan SBY dan Mega dikabarkan menegang. Pada Pilpres 2009, SBY yang berpasangan dengan Boediono lagi-lagi mengalahkan Mega yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Hubungan SBY-Mega pun semakin memanas meski keduanya tidak pernah secara blakblakan bicara mengenai relasi mereka.
Eskalasi politik antara SBY dan Mega begitu terasa selama 2005-2014. Selama 10 tahun SBY memerintah, Mega tidak pernah sekalipun menghadiri upacara HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara.
Meski demikian, SBY sempat bertemu Mega untuk melayat saat suami Mega, Taufiq Kiemas meninggal dunia pada Juni 2013. SBY kala itu memimpin upacara penghormatan terakhir untuk Taufiq Kiemas.
Mega baru menghadiri upacara HUT RI di Istana Negara setelah Jokowi menjabat sebagai presiden. Sementara SBY yang sudah tak lagi menjabat presiden, absen upacara HUT RI di Istana Negara selama dua tahun.
Suami Ani Yudhoyono ini baru kembali menghadiri HUT RI di Istana Negara pada 2017.
Momen tersebut menjadi reuni pertama SBY dan Mega yang sudah tak bertemu selama hampir 13 tahun. Pada momen itu, SBY dan Mega bersalaman dan bertegur sapa. Sejak saat itu, keduanya beberapa kali bertemu dalam acara kenegaraan, seperti di Upacara HUT ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur tahun 2019.
Semeja saat KTT G20 di Bali
SBY dan Mega kembali bertemu saat KTT G20 di Bali pada 15 November 2022. Dalam momen tersebut, keduanya duduk satu meja bersama JK, Try Sutrisno, Hamzah Haz, hingga Puan Maharani.
Anggota Majelis Tinggi Demokrat, Syarief Hasan, mengatakan pertemuan itu menunjukan hubungan SBY dan Mega baik-baik.
"Ya saya pikir (hubungan SBY dan Mega) baik-baik saja, tidak ada sesuatu yang perlu dipertanyakan.Saya pikir baik-baik saja. Pak SBY juga sangat terbuka, dan mengutamakan komunikasi yang baik ya. Selama ini juga Pak SBY begitu, sangat terbuka," kata Syarief di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022).
Syarief meminta publik agar pertemuan keduanya tak dikaitkan dengan dinamika-dinamika politik yang telah berlalu. "Ya saya pikir sih yang dulu, yang lewat ya sudah lah, lewat," tandasnya.
Senada dengan Syarief Hasan, Wasekjen DPP PDIP, Saderestuwati, juga menyebut momen SBY-Mega menunjukkan hubungan keduanya memang tidak ada masalah.
"Keberadaan beliau-beliau dalam satu meja menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada masalah di antara beliau berdua," kata Sadarestu saat dihubungi, Rabu (16/11/2022).
Ia menilai tidak ada yang perlu ditanggapi soal momen tersebut karena menurutnya adalah hal biasa. "Tidak ada yang perlu ditanggapi karena itu adalah hal yang biasa. Beliau-beliau kan berada di ruang transit VVIP yang memang sudah diatur oleh panitia," ujarnya.
"Apalagi Ibu Megawati dan Pak SBY sama-sama pernah menjadi Presiden RI," lanjutnya. (tribunnews)