TRIBUNLOMBOK.COM - Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah atau NWDI merupakan wadah perjuangan warga Nahdlatul Wathan (NW) yang didirikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sejak 22 Agustus 1937.
Dalam perkembangannya, terjadi dinamika di internal organisasi Nahdlatul Wathan atau NW.
Sehingga sejak 23 Maret 2021, Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah atau NWDI berdiri menjadi nama organisasi tersendiri di bawah pimpinan Tuan Guru Bajang atau TGB Muhammad Zainul Majdi.
Organisasi NWDI lahir usai kesepakatam bersama NW Anjani dan NW Pancor yang dibuat di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Maka sejak itu, lahirlah organisasi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI) pada tanggal 9 Syakban 1442 H bertepatan dengan tanggal 23 Maret 2021 M.
Baca juga: Profil Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan TGB Zainuddin Atsani, Ikut Berdakwah Sejak Kecil
NWDI kini menjadi wadah koordinasi, pembina, pemelihara dan penanggung jawab terhadap segala amal usaha yang dilakukan madrasah di bawahnya, baik dalam bidang pendidikan maupun sosial dan dakwah.
Sejarah Rekonsiliasi
Dikutip dari Wikipedia, perpecahan dalam Nahdlatul Wathan bermula dari penetapan salah satu putri pendiri NW, Ummi Hj Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, sebagai Ketua Umum PBNW di Muktamar X di Praya, Lombok Tengah pada 1998.
Dia menggantikan suaminya yang telah wafat Drs H Lalu Gede Sentane.
Hasil muktamar tersebut ditolak pihak NW di Pancor karena menolak seorang perempuan menjadi pemimpin dan dianggap tidak sesuai dengan asas organisasi NW.
Pihak NW yang mendukung Ummi Hj Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid kemudian memindahkan pusat gerakan mereka ke Anjani, sehingga NW terbagi menjadi NW Anjani dan NW Pancor.
Setelah 21 tahun berkonflik dan upaya hukum tertinggi PK putusan Mahkamah Agung dimenangkan oleh kubu NW Anjani.
Sampai akhirnya pada 23 Maret 2021, dua kubu NW melakukan mediasi di Mataram.
Kubu NW Anjani dipimpin RTGB Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, sedangkan kubu NW Pancor dipimpin TGB Muhammad Zainul Majdi.
Dari pertemuan tersebut, kubu Anjani yang memenangkan perkara di Pengadilan meneruskan nama Nahdlatul Wathan, sedangkan kubu Pancor menggunakan nama baru, Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah atau NWDI.
Madrasah NWDI dan NBDI
Dikutip dari nwdi.or.id, Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah sebagai organisasi tidak bisa lepas dari dua madrasah induk, yaitu Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang diberi nama “Dwi Tunggal Pantang Tanggal".
Madrasah NWDI mendapat pengakuan resmi dari Pemerintah Hindia Belanda dengan diterbitkan akte berdirinya tanggal 17 Agustus 1936, kemudian TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid selaku pendiri meresmikan berdirinya madrasah tersebut tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 1936 M.
Setelah madrasah NWDI menghasilkan lulusan angkatan pertama tahun 1941, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid berusaha mengembangkan madrasah tersebut dengan mendirikan madrasah khusus untuk wanita.
Usaha ini berhasil dengan berdirinya madrasah Nadlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) tanggal 15 Rabi’ul Akhir 1362 H, bertepatan dengan tanggal 21 April 1943 M. Di kemudian hari, tanggal 21 April juga ditetapkan sebagai Hari Kartini.
NWDI melahirkan lulusan pertama tahun 1941 dan NBDI pada tahun 1949.
Para lulusan tersebut ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan ada pula kembali ke masyarakat.
Diantara mereka yang terjun ke masyarakat ada yang mendirikan madrasah cabang NWDI dan NBDI.
Serta aktif mengadakan dakwah dan pengajian umum melalui majlis-majlis taklim, baik di masjid maupun di tempat-tempat lain, utamanya di pedesaan, sehingga pada tahun 1949 telah berdiri sebanyak 24 buah madrasah.
Madrasah-madrasah cabang NWDI dan NBDI terus mengalami perkembangan sehingga pada awal tahun 1953 telah berdiri 66 madrasah.
(*)