BMKG: Tren Gempa Susulan di Cianjur Mereda dan Stabil

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengendara bermotor melihat rumah dua lantai yang bagian depannya ambruk di Kampung Kedung Hilir, Desa Sukamanah, Kecamanat Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). gempa di Cianjur merupakan gempa yang berulang setiap 20 tahunan dan kemungkinan dapat terjadi kembali.

TRIBUNLOMBOK.COM - Hingga 24 November 2022, gempa susulan di Cianjur sudah terjadi sebanyak 191 kali dengan magnitudo terbesar 4.2 dan terkecil M1.2.

"Trennya meluruh," ucap Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam cuitannya di akun resmi @DaryonoBMKG, Kamis (24/11/2022).

Dalam unggahan lain di laman Instagram @daryonobmkg, Daryono mengemukakan bahwa gempa Cianjur yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif di sekitar Sesar Cimandiri.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme sesar geser mengiri (left-lateral strike-slip)," urainya.

Secara makroseismik, gempa ini dirasakan di wilayah Kabupaten Cianjur dalam skala intensitas yang bervariasi antara V-VII MMI, Garut dan Sukabumi (IV - V MMI), Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor dan Bayah (III MMI), Rancaekek, Tangerang Selatan, Jakarta dan Depok (II - III MMI).

Baca juga: Korban Gempa Cianjur di Desa Sarampad Belum Dapat Bantuan Hingga Selasa Malam: Beras, Minyak Gak Ada

Penjelasan Gempa di Cianjur Berdampak Sangat Merusak

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan Dwikorita mengimbau saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan semestinya menggunakan struktur bangunan tahan gempa.

Menurutnya, banyaknya korban meninggal dan signifikannya kerusakan yang terjadi pada saat gempa tektonik bermagnitudo 5,6 selain akibat gempa dangkal juga akibat struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa.

"Mayoritas bangunan yang terdampak karena dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa yang menggunakan besi tulangan dengan semen standar. Akibatnya, bangunan tersebut tidak mampu menahan guncangan gempa," paparnya Cianjur, Rabu (23/11/2022) dikutip dari laman resmi BMKG.

Dampak gempa Cianjur menghancurkan rumah dan bangunan.

Material bangunan ini yang menimpa para korban.

"Perlu dipahami, bahwa banyaknya korban jiwa dan luka-luka dalam gempabumi Cianjur bukan diakibatkan guncangan gempabumi, melainkan karena tertimpa bangunan yang tidak sesuai dengan struktur tahan gempabumi," tambah dia.

Khusus untuk pemukiman warga di daerah lereng-lereng dan perbukitan, kata Dwiokorita, maka opsi relokasi harus dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

Mengingat berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG, gempa di Cianjur merupakan gempa yang berulang setiap 20 tahunan dan kemungkinan dapat terjadi kembali.

Sementara, topografi di wilayah lereng dan perbukitan tersebut tidak stabil dengan kondisintanah yg rapuh atau lunak dan sering jenuh air akibat curah hujan yg cukup tinggi.

Dwikorita menyampaikan bahwa saat ini BMKG tengah melakukan survei untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang aman terhadap guncangan gempa.

BMKG juga akan memadukan data yang dimiliki dengan PVMBG terkait wilayah rawan gempa dan rawan longsor guna mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi usai gempabumi.

"Kepada masyarakat yang ada di pengungsian maupun di rumah, kami mengimbau untuk tetap tenang. Jangan percaya dengan kabar, berita, maupun informasi yang tidak jelas asal muasalnya yang justru menambah kecemasan.

"Pastikan informasi resmi hanya dari BMKG melalui kanal-kanal komunikasi resmi. InsyaAllah, kondisi di Cianjur saat ini semakin stabil," urainya.

Korban Tewas Gempa Cianjur 271 Orang, Ada Anak Usia 6 Tahun Ditemukan Selamat di Samping Jasad Nenek

Tren Melandai

intensitas gempa susulan di Kabupaten Cianjur akan semakin melandai dalam waktu empat hari kedepan sejak 22 November yang lalu.

"Gempa-gempa susulan itu sebagian besar tidak dirasakan, dan yang bisa mencatat adalah alat, dan ada beberapa yang dapat dirasakan. InsyaAllah, dalam kurun waku empat hari ke depan, gempa-gempa susulan tersebut sudah reda dan stabil," ungkap Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, memasuki puncak musim penghujan, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana alam ikutan seperti longsor dan banjir bandang yang membawa material-material reruntuhan lereng akibat gempa M5.6.

"Saat ini curah hujan sedang meningkat menuju puncaknya di bulan Desember hingga Januari nanti, jadi harus diwaspadai kemungkinan terjadinya bencana ikutan usai gempa kemarin. Material lereng yang runtuh seperti tanah, batu, pohon, kerikil, dan lainnya harus dibersihkan agar tidak terbawa air dan menjadi banjir bandang. Hal ini pernah terjadi saat gempa Palu dan Pasaman Barat," tutup Dwikorita.

(*)

Berita Terkini