Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres Mempunyai Aset Miliaran Rupiah

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas PMI dan kepolisian menyemprot disinfektan dan menabur kopi di beberapa sudut rumah tempat penemuan satu keluarga tewas di Kalideres, tepatnya di Perumahan Citra Garden I, Jakarta Barat, Sabtu (12/11/2022) malam.

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Satu keluarga terdiri dari empat orang yang tewas di Kalideres Jakarta memilili aset miliaran rupiah.

Dugaan mereka meninggal dunia karena kelaparan belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Melansir Tribun Jakarta, polisi menyebut tidak ditemukannya makanan dalam tubuh jenazah juga bukan berarti mereka kelaparan.

Baca juga: Satu Keluarga Meninggal di Kalideres, Muncul Dugaan Mereka Kelaparan

Keempatnya ditemukan tewas di Perumahan Citra Garden 1 Extension RW 15, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Perumahan kelas menengah di Kalideres.

Melihat model bangunan, Perumahan Citra Garden 1 Extension RW 15, Kelurahan Kalideres ditinggal keluarga cukup mapan.

Keempat korban yang jasadnya sudah membusuk tersebut adalah pasutri Rudianto (71) dan Margaret (58), anak mereka, Dian (40), dan adik pasutri tersebut, Budianto (69).

Kini beredar informasi satu keluarga tewas membusuk di Kalideres tersebut memiliki aset miliaran rupiah.

Informasi satu keluarga di Kalideres tersebut punya aset miliaran disampaikan tokoh pemuda Jakarta Barat, Umar Abdul Aziz.

Angka tersebut berasal dari taksiran harga rumah yang ditempati keempat anggota keluarga di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres.

Keluarga tersebut juga memiliki mobil. Karenanya, dia tak yakin jika satu keluarga di Kalideres tersebut meninggal karena kelaparan.

"Kalau dilihat dari segi rumah yang tinggal di kawasan komplek, tidak mungkin dia tidak makan," kata Umar.

Hal serupa disampaikan kerabat korban, Handoyo. Ia menerangkan, kondisi perekenomian keempat korban tidak tergolong sulit.

"Keluarga saya itu tidak terlalu sulit, jadi bukan kelaparan. Kemungkinan karena dia terlalu tertutup saja tidak berinteraksi kepada siapapun. Kalau memang dia kelaparan pasti dong bisa menghubungi keluarga," ujar Handoyo.

Sementara, Ris Astuti selaku adik dari korban mengaku, korban sangat tertutup bukan hanya ke orang lain, termasuk ke keluarganya sendiri.

Ris Astuti mengaku, dirinya terakhir komunikasi dengan korban sekitar lima tahun yang lalu.

"Saya selaku adik korban saja jarang komunikasi, apalagi sama orang lain, korban terlalu tertutup," ucapnya.

Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menyinggung mengenai motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia dari keluarga tersebut.

“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujarnya.

Tewasnya satu keluarga di Kalideres semata-mata karena kelaparan dan tidak punya uang untuk makan sangat tidak mungkin. Adrianus berpendapat mereka tinggal di perumahan kelas menengah dan memiliki aset untuk dijual.

Selain itu, Adrianus Meliala justru menilai ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini.

“Saya bayangkan bunuh diri dengan melaparkan diri, tetapi saya tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu,” ujarnya.

Ia justru menduga ada tindakan pelaparan. Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan. Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku.

“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.

Menurut Adrianus, skenario pelaparan semakin mungkin sebab ketika ada pihak yang mendorong kelaparan itu terjadi, barulah pihak ketiga mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu.

Adrianus juga punya dugaan kedua di balik kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres ini. Dugaan ini menyangkut motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia. (tribunnews)

 

Berita Terkini