Selanjutnya, Gerhana Bulan Total akan kembali terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032, dan 18 Oktober 2032.
Pengertian gerhana Bulan total?
Gerhana Bulan total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi.
Hal ini terjadi ketika konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk garis lurus.
Selain itu, Bulan juga berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan. Gerhana Bulan Total terjadi ketika fase Bulan Purnama.
Namun, tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami gerhana Bulan. Pada puncak gerhana Bulan total, Bulan akan terlihat berwarna kemerahan.
Hal ini dikarenakan oleh mekanisme Hamburan Rayleigh yang terjadi pada atmosfer Bumi.
Hamburan Rayleigh adalah pembiasan sinar Matahari secara selektif oleh atmosfer bumi.
"Hamburan Rayleigh yang terjadi ketika gerhana Bulan sama seperti mekanisme ketika Matahari maupun Bulan tampak berwarna kemerahan saat berada di ufuk rendah dan langit yang mempunyai rona jingga ketika Matahari terbit maupun terbenam," terang Andi.
Spektrum dengan panjang gelombang lebih pendek seperti ungu, biru dan hijau dihamburkan ke angkasa lepas, sedangkan spektrum dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah, jingga dan kuning diteruskan ke pengamat.
Inilah yang menyebabkan bulan berubah berwarna kemerahan. Selain itu, saat gerhana terjadi, tidak ada cahaya Matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan.
Akibatnya gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam.
Dampak gerhana Bulan total
Dampak dari gerhana Bulan total bagi kehidupan manusia adalah pasang air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
Namun, ahli astronomi dan astrofisika Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin telah melakukan riset mengenai perkiraan terjadinya rob karena pasang air laut saat Gerhana Bulan Total terjadi.