Sistem bubble
Di sisi lain, Stefano Cugurra kurang sependapat apabila lanjutan kompetisi BRI Liga 1 2022/2023 dilaksanakan dengan system bubble.
Mencuat kabar kelanjutan Liga 1 digelar terpusat di satu tempat, seperti halnya musim 2021/2022 lalu saat sepak bola dihelat di tengah pandemi Covid-19.
Wacana yang berembus itu sudah ramai-ramai ditolak beberapa pengamat sepak bola dan klub, seperti Persis Solo dan Persebaya Surabaya yang terang-terangan menolaknya. Sistem bubble seperti yang dilaksanakan di Bali musim lalu dinilai hanya menguntungkan tim tertentu.
Bagi Teco pun demikian, sistem bubble membuat klub merogoh kocek finansial yang dalam dan justru bisa merugikan klub.
“Saya pikir waktu main system bubble semua team rugi financial. Harus bayar hotel, makanan, sewa lapangan dan sewa bus,” katanya.
Disamping itu, kompetisi dengan system bubble juga membatasi suporter untuk mendukung tim kebanggaannya karena harus pergi ke luar kota. Hal itu bagi Teco menjadi kerugian bermain tidak di hadapan pendukung sendiri.
Karena baginya, suporter memberikan peran penting dalam memompa semangat punggawa Serdadu Tridatu. “Terus main jauh dari suporter lagi,” ujarnya. (ian/tribunbali)