Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Komisi IV DPRD NTB yang membidangi infrastruktur dan lingkungan menyoroti bencana banjir dan longsir yang menerjang Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara yang terjadi pada Minggu, (16/10/2022).
Pihaknya mengaku menyampaikan simpati dan meminta pemerintah provinsi NTB dan Pemkab terkait responsif menangani bencana tersebut.
"Prioritas pertama penanganan dampak sosialnya, tangani masyarakat. Pasti ada dampak turunan seperti penyakit, tenaga kesehatan dan logistik mesti diturunkan," kata Ketua Komisi IV DPRD NTB H Fuaddi kepada TribunLombok pada Senin, (17/10/2022).
Saat mulai memasuki musim penghujan, wilayah NTB khususnya Pulau Lombok seringkali dilanda banjir dan longsor. Hal tersebut seolah menjadi bencana tahunan.
Pihaknya menilai, sejumlah persoalan disinyalir menjadi penyebab terjadinya bencana tersebut. Tidak semata-mata karena persoalan alam.
Baca juga: Terungkap Putri Candrawathi Ikut Rencanakan Pembunuhan Hingga Giring Brigadir J ke Rumah Eksekusi
Dari tahun ke tahub, ada fenomena alih fungsi lahan secara besar-besaran.
"Kok bisa hancur dengan curah hujan seperti itu? Ini kita baru mulai masuk musim penghujan. Berarti ada sesuatu, lingkungannya rusak," katanya.
Hutan-hutan yang seharusnya menjadi penyangga air di kawasan perbukitan tersebut artinya sudah mulai berkurang. Seperti untuk pembangunan hotel, villa, dan perumahan pada lokasi di atasnya.
Politisi Partai Golkar itu menyarankan agar penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dievaluasi. Pengembangan pariwisata, kata Fuaddi tidak boleh mengesampingkan aspek lingkungan.
"Harus dievaluasi, kalau memang ada indikasi kepada lingkungan yang sudah rusak, kita dalami kenapa ini terjadi. Jangan serta-merta kita memberikan izin. Persoalan IMB di daerah belum tertangani dengan baik. Mengganti hutan dengan beton," papar mantan Ketua DPRD Lombok Tengah itu.
Baca juga: Jadwal Kapal DLN Batu Layar Selasa 18 Oktober 2022 Rute Lombok-Surabaya
Kalau memang ada alih fungsi lahan, mestinya sudah dipikirkan dampak atau disiapkan penggantinya yang sepadan. Meski ia mengaku pilihan tersebut dilematis, tetapi kepentingan untuk menjaga agar hutan sebagai daerah serapan tidak terus berkurang, itu mesti menjadi prioritas.
Kepentingan untuk menjaga lingkungan, membutuhkan biaya yang lebih sedikit ketimbang penanganan bencana.
Selanjutnya, Ketua Komisi IV DPRD NTB itu meminta agar pemprov NTB memperbanyak dana tak terduga. Dana tak terduga ini nantinya digunakan untuk penanganan bencana.
"Kita dorong baik pemprov maupun pemda menambah dana tak terduga. Kita butuh itu untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini (bencana)," jelasnya.
Terkahir, pihaknya berharap adanya upaya komprehensif dari pemerintah provinsi perihal upaya mitigasi bencana.
Sebelumnya, banjir bandang dan longsor menerjang empat dusun di Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Ahad (16/10) 2022. 420 kepala keluarga (KK) harus diungsikan.
Banjir dan longsor yang menerjang NTB terakhir pernah terjadi pada 2021 silam. Sejumlah kecamatan seperti di Lombok Barat dan Kabupaten Bima terkena air bah dan longsor tersebut.
Baca juga: 200 Anggota Polda NTB Dikerahkan Bersihkan Jalan Senggigi-Pemenang yang Tertutup Longsor
Kepala Desa Malaka, Akmaludin menyebutkan empat dusun itu, yakni, Setangi, Nipah, Lendang Luar dan Badung.
"Banjir bandang setinggi lutut orang dewasa menerjang rumah warga," katanya.
Sebanyak lima rumah, yakni, di Dusun Lendang Luar, Dusun Badung dan Dusun Setangi roboh.
Ia menyebutkan banjir bandang itu akibat dari hujan lebat yang melanda kawasan tersebut sejak Ahad (16/10) siang pukul 14.00 WITA dan masih terjadi hingga malam hari.
"Air berasal dari Bukit Setangi setelah hujan melanda dari siang hari," katanya.
Warga yang terdampak banjir, kata Akmaludin, saat ini harus diungsikan ke tempat yang aman.
Sebelumnya, sekitar 10 kilometer ruas jalan yang menghubungkan Lombok Barat-Lombok Utara atau tepatnya di Nipah, Setangi dan Lendang Luar, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Ahad (16/10), terputus akibat tertutup longsor.
Sehingga para pengguna jalan menuju Lombok Utara atau sebaliknya Lombok Barat harus melewati Pusuk Gunung Sari.
Kepala Desa Malaka, Lombok Utara, Akmaludin membenarkan terputusnya ruas jalan tersebut akibat longsor.
"Sampai sekarang belum juga bisa dilintasi oleh kendaraan," katanya.
Lokasinya berada di tiga dusun Desa Malaka, yakni, Setangi, Lendang Luar dan Nipah sepanjang 10 kilometer.
Ia menyebutkan longsoran tersebut terjadi setelah hujan lebat melanda kawasan tersebut sejak Minggu (16/10) pukul 14.00 Wita hingga menjelang malam.
(*)