Berita Lombok Tengah

25 Mahasiswa Ikut Program Magang Pengelolaan Sampah di Desa Sintung Lombok Tengah

Penulis: Sinto
Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana penyambutan peserta Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MISB) angkatan 3 di pendopo wakil bupati Lombok Tengah, Selasa (6/9/2022) malam.

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Wakil Bupati Lombok Tengah Dr HM Nursiah, S.Sos, MSi menyambut peserta Program Magang dan Studi Independen Nersertifikat (MISB) angkatan 3 di pendopo wakil bupati, Selasa (6/9/2022) malam.

Peserta akan melaksanakan magang tentang pengelolaan sampah di Dusun Esot, Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah.

Baca juga: Masyarakat Desa Labulie di Lombok Tengah Alami Kekeringan

Baca juga: Imbas Kenaikan Harga BBM, Harga Ikan di Lombok Tengah Melambung

MISB ini dilakukan untuk program penanganan perubahan iklim melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pengelolaan Sampah.

Program MISB merupakan hasil kerja sama antara DDOROCARE dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset teknologi dan Bakrie Center Foundation (BCF).

Kemendikbud Ristek dan BCF mengirimkan mahasiswa sebanyak 25 orang yang berasal dari 22 kampus di 12 provinsi se-Indonesia.

"Semoga acara ini berjalan lancar dan bisa memberikan manfaat banyak bagi masyarakat Lombok Tengah," kata wakil bupati.

Imam Muliadi selaku koordinator magang mengungkapkan, pendaftaran MISB diikuti oleh 4.000 orang seluruh Indonesia.

Namun yang terpilih hanya 99 orang dan sisanya yang terbaik sebanyak 25 orang.

"Kegiatan ini berbeda dengan KKN atau PKL dan sejenisnya. Program ini sama dengan satu semester kuliah membayar SPP dan sama dengan 900 jam mata pelajaran," kata Imam Muliadi.

Imam Muliadi melanjutkan, penanganan perubahan iklim penting dilakukan karena akan berpengaruh kepada sektor-sektor lainnya.

Mulai dari kesehatan, ekonomi bisnis, pertanian dan lain sebagainya. Utamanya terkait pengelolaan sampah dan desa wisata di Lombok Tengah.

Menurut dia, seringkali telat disadari jika pengelolaan sampah sangat penting dilakukan di daerah berbasis wisata.

"Seperti halnya di pulau Bali dengan pengelolaan wisata terbaik di Indonesia. Ternyata pengelolaan sampah membutuhkan biaya empat kali lipat dari pendapatan wisata," kata Imam.

Berita Terkini