Berita Viral

Ponpes Gontor Sebut Anaknya Tewas karena Jatuh, Soimah Tak Langsung Percaya: Kami Minta Mayat Dibuka

Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase potret pengacara Hotman Paris dan kliennya Soimah (kiri) dengan Noor Syahid, juru bicara Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (5/9/2022). Soimah mengatakan bahwa kronologi awal yang diungkapkan pihak Pondok Pesantren Gontor mengenai kematian buah hatinya berbeda dengan kenyataan.

TRIBUNLOMBOK.COM - Soimah mengungkapkan awal mula kecurigaannya mengenai kronologi kematian buah hatinya di Pondok Pesantren Gontor.

Hal itu Soimah ungkapkan melalui akun Instagram miliknya, @soimah_didi.

Seperti diketahui, nama Soimah menjadi sorotan setelah mengadukan dugaan penganiayaan yang menimpa sang buah hati kepada Hotman Paris Hutapea.

Menurut Soimah, pihaknya sempat didatangi oleh pihak Pondok Pesantren Gontor setelah buah hatinya meninggal.

"Innalilahiwainailaihirojiun....... berat nak! Albar Mahdi bin Rusdi 22082022. MOHON KEADILAN," tulis Soimah seperti dikutip pada Selasa (6/9/2022).

Soimah mengatakan bahwa kabar mengenai kematian anaknya, Albar Mahdi, terkesan mendadak.

Tak hanya itu, pihak keluarga juga mendapatkan kabar meninggalnya Albar hampir empat jam setelah mendiang meninggal dunia.

"Saya tiba-tiba dapat kabar dari pengasuhan Gontor 1 telah meninggal dunia pada Senin, 22 Agustus 2022 pukul 10.20 padahal di surat keterangan yang kami terima meninggal pukul 06.45 WIB," ungkap Soimah.

Pihak keluarga pun mempertanyakan adanya jeda antara waktu kematian dan kabar yang diterima pihaknya tersebut.

Menurut Soimah, keluarga langsung syok dan tak bisa memikirkan apapun setelah jenazah mendiang tiba di Palembang.

Baca juga: Pilih Ngadu ke Hotman Paris, Terungkap Alasan Soimah Tak Segera Polisikan Kematian Anaknya di Gontor

"Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang, 23 Agustus 2022 diantar oleh pihak Gontor 1 dipimpin ustad Agus," tulis Soimah.

Namun, pihak keluarga tidak mengenal Ustaz Agus yang dimaksud.

Pihak Ponpes Gontor kemudian menceritakan kronologi kematian Albar menurut versinya.

"Di hadapan pelayat yang memenuhi rumah saya disampaikan kronologi bahwa anak saya terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum)," ungkap Soimah.

"Apalagi anak saya dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa kami terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anak saya," imbuhnya.

Soimah mengaku mendapatkan banyak laporan dari wali santri yang lain.

Menurut informasi yang diterima Soimah, kronologi kematian yang sebenarnya tidak seperti itu.

Walhasil, pihak keluarga meminta agar kain kafan mendiang dibuka.

Mereka ingin melihat kondisi jenazah.

"Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga," tulis Soimah.

Baca juga: Curhat Ibu yang Putranya Tewas di Pondok Pesantren Gontor: Entah Mengapa Pagi Itu Umi Kangen Sekali

"Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima," tambahnya.

"Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi," imbuhnya lagi.

Soimah mengatakan, pihak Ponpes Gontor akhirnya mengakui adanya dugaan kekerasan setelah didesak oleh pihak keluarga.

"Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang nota bene nomor satu di Indonesia," pungkas Soimah.

Ponpes Gontor minta maaf

Melalui keterangan resmi, pihak Ponpes Gontor melalui Juru bicaranya Noor Syahid, menyampaikan permohonan maaf sekaligus menyatakan dukacita atas wafatnya AM.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Noor Syahid, lewat keteranga tertulis seperti dikutip dari Kompas.

Ponpes Gontor juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga korban bila dalam proses pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan terbuka.

Noor menjelaskan, berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, pihaknya menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan AM meninggal.

Menyikapi hal itu, pihak ponpes langsung bertindak dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut.

Baca juga: Hotman Paris Heran Ponpes Gontor Hanya Keluarkan Terduga Pelaku Kekerasan: Mengapa Tak Lapor Polisi?

Menurut Noor, pada hari yang sama ketika korban meninggal, PMDG Ponorogo langsung mengeluarkan pelaku dari ponpes secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orangtua mereka masing-masing.

“Pada prinsipnya kami, Pondok Modem Darussalam Gontor tidak memberikan toleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini,” jelas Noor Syahid.

Poin terakhir, PMDG Ponorogo siap untuk mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.

Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan, Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum AM untuk mendapatkan solusi demi kebaikan bersama.

3 Orang dianiaya

Sementara, Kapolres Ponorogo AKBP Catur Wahyu Wibowo mengungkapkan, korban kasus penganiayaan santri di Ponpes Gontor berjumlah tiga orang.

Satu orang telah meninggal dan dua masih dirawat.

Polisi sudah mengantongi identitas terduga pelaku penganiayaan santri. Namun identitasnya belum bisa disampaikan karena polisi masih memeriksa saksi-saksi.

“Terduga pelaku dari kalangan dari santri juga. Untuk terduga pelaku nanti kita sampaikan lagi karena ini masih dalam proses penyidikan,” tutur Catur, Senin (5/9/2022).

Baca juga: Ngadu ke Hotman Paris, Ibu dari Santri yang Tewas di Gontor Perlihatkan Foto Kain Kafan Buah Hati

Catur menambahkan, pemeriksaan saksi-saksi dilakukan setelah Pondok Gontor resmi melaporkan kasus itu ke Polres Ponorogo.

Sudah ada tujuh saksi yang diperiksa, yaitu santri berinisial RM dan N, serta lima saksi yang terdiri dua dokter dan tiga ustad.

Ia menyebutkan motif penganiayaan diduga dipicu karena kesalahpahaman. Hanya untuk kepastian akan didalami lagi karena butuh waktu dan proses. 

(Penulis Kontributor Palembang Aji YK Putra, Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi| Editor Pythag Kurniati, Krisiandi)

Berita Terkini