TRIBUNLOMBOK.COM - Soimah menjadi sorotan setelah dirinya menemui Hotman Paris di Palembang.
Dalam program Hotman 911 itu, Soimah menceritakan soal buah hatinya yang meninggal dunia saat berada di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
Soimah curiga bahwa sang buah hati meninggal dunia diduga karena dianiaya, pasalnya kain kafan mendiang berlumuran darah.
Kasus itu kemudian diurus oleh Hotman Paris hingga viral di media sosial.
Tak hanya itu, Soimah juga mengaku tidak melaporkan hal tersebut ke pihak berwajib.
Kini, terungkap alasan Soimah tak mempolisikan kasus kematian sang buah hati.
Hal tersebut diungkapkan oleh sahabat Hotman Paris, Endang Wierono.
Melalui akun Instagram @eenwierono, wanita yang akrab disapa Een itu mengaku mendapatkan banyak pertanyaan mengenai kasus Soimah.
"Banyak yang DM kenapa keluarga Mba @soimah_didi tidak membuat LP langsung saat kejadian," tulis Een.
Rupanya, ada beberapa alasan mengapa Soimah tak langsung melaporkan kematian putranya.
Baca juga: Curhat Ibu yang Putranya Tewas di Pondok Pesantren Gontor: Entah Mengapa Pagi Itu Umi Kangen Sekali
"Saya bantu jawab: Karena keterbatasan biaya harus ke Ponorogo Jatim," ungkap Een.
Tak hanya itu, Soimah juga ingin menjaga nama besar pondok Gontor tempat putranya menuntut ilmu.
"Beliau di awal masih ketakutan dan menghormati, menjaga nama besar sebuah institusi di Pondok Pesantren," tulis Een.
Ia kemudian meminta warganet untuk berempati tentang hal yang dirasakan Soimah.
"Teman-teman bisa rasakan hancurnya hati seorang ibu?" pungkasnya.
Polres Ponorogo Gelar Olah TKP
Aparat Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) Ponorogo menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) dugaan penganiayaan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), Ponogoro, Jawa Timur, Selasa (6/9/2022). Dugaan penganiayaan itu menyebabkan seorang santri asal Palembang, berinisial AM, tewas.
Baca juga: Ngadu ke Hotman Paris, Ibu dari Santri yang Tewas di Gontor Perlihatkan Foto Kain Kafan Buah Hati
“Kegiatan hari ini kami melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kejadian (Pondok Gontor),” ujar Kepala Polres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo, Selasa.
Catur menuturkan, olah TKP dilakukan untuk memperkuat fakta dalam penyidikan.
Dengan demikian, kasus itu akan naik ke tahap penyidikan.
Olah TKP ini dilakukan setelah penyidik memeriksa sembilan saksi dalam kasus tersebut.
Sembilan saksi yang diperiksa terdiri dua santri, empat dokter dan tiga pengurus pondok.
Tak hanya itu, kata Catur, pemeriksaan saksi akan terus bertambah lantaran rangkaian kejadian tidak hanya satu titik saja.
“Kemungkinan saksi diperiksa akan bertambah karena rangkaian kejadian tidak hanya satu titik saja,” jelas Catur.
Menyoal santri yang terlibat dugaan penganiayaan sudah dikeluarkan, Catur menegaskan bahwa santri yang dikeluarkan itu juga akan diperiksa.
Sedangkan, dua santri yang diperiksa kemarin masih sebagai saksi.
Meski dugaan penganiayaan itu terjadi pada dua pekan yang lalu, Catur mengaku tidak kesulitan mendapatkan barang bukti.
Sebab, barang bukti dugaan penganiayaan itu masih ada dan sudah diamankan.
Diberitakan sebelumnya, aparat Polres Ponorogo menyelidiki tewasnya seorang santri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Santri asal Palembang itu tewas diduga akibat penganiayaan.
Kasus ini mencuat ke publik setelah ibu korban mengadu ke pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.
Menurut Catur, pihak Pondok Gontor kooperatif.
Bahkan, pihak pondok menyampaikan akan membuka semua terkait kejadian tersebut.
Catur menjelaskan, sejak peristiwa nahas itu terjadi, tidak ada pelaporan sama sekali ke Polres maupun ke Polsek seperti dikutip dari Kompas.
Baca juga: Hotman Paris Heran Ponpes Gontor Hanya Keluarkan Terduga Pelaku Kekerasan: Mengapa Tak Lapor Polisi?
(TribunLombok) (Kompas/ Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi)