"Dari tahapan riset & pengembangan hingga uji klinis telah dipastikan memenuhi standar tinggi sesuai regulasi internasional," katanya.
Sementara itu, dr Yetty Movieta Nency, Sp.A(K)-IBCLC, selaku Ketua Tim Peneliti Center Semarang FK Undip menerangkan, uji klinis vaksin Covid-19 BUMN dilakukan dalam tiga fase.
Fase 1 untuk menilai keamanan vaksin, dilakukan bulan Maret 2022 di Semarang dan Jakarta. Fase 1 melibatkan 100 orang relawan.
Hasil uji klinis fase 1 menunjukkan vaksin Covid-19 BUMN aman.
Sehingga BPOM mengeluarkan izin untuk uji fase selanjutnya.
Uji klinis fase 2 dilakukan guna mengetahui apakah ada manfaat vaksin tersebut.
Fase 2 melibatkan 400 orang relawan di Semarang dan Padang.
Hasilnya menunjukkan vaksin memiliki imunogenisitas yang tinggi.
Menurutnya, keluhan efek samping sangat sedikit. Namun rata-rata merasakan nyeri di tempat suntikan.
"Yang mengalami efek samping sekitar 20 persen ringan, demam jarang, rata-rata nyeri otot di tempat suntikan," ungkapnya.
Setelah fase 1 dan 2, baru dilakukan uji klinis fase 3 saat ini.
Uji klinis fase 3 dilakukan terhadap 4.050 relawan di Indonesia.
Uji klinis fase 3 ditargetkan selesai bulan Agustus mendatang. Dia berharap vaksin Covid-19 BUMN segera mendapat izin edar.
"Kalau aman dan efektif cepat keluar izin edarnya," ujar Yetty.
Yetty menambahkan, pengembangan vaksin Covid-19 belum terlabat. Sebab pandemi Covid-19 sampai saat ini belum selesai.
Menurutnya, Indonesia harus mengembangkan vaksin sendiri sehingga bisa lebih efektif dan terjangkau.
"Kita harus kembangkan vaksin sendiri. Sebagai satu bangsa kita harus mandiri," katanya.
"Kita harus antisipasi jangka panjang, karena kita tidak tahu kapan pandemi berakhir, maka kita kembangkan vaksin," tandasnya.
(*)