1 Juli TPA Kebon Kongok Hanya Menerima Sampah Terpilah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Air Lindi yang merembes ke lingkungan warga dari TPA Kebon Kongok.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan Provinsi NTB, TPA Kebon Kongok hanya akan menerima sampah terpilah mulai 1 Juli 2022.

Terobosan ini dibuat untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA karena kapasitas Kebon Kongok kini sudah over kapasitas.

Sehingga dalam tahun ini perencanaan Dinas LHK NTB akan melebarkan TPA yang sudah ada seluas 5 hektar.

Lanjut, sampah-sampah yang dibuang ke TPA oleh pengangkut sampah sudah keadaan terpilah baik sampah organik dan non organik.

Baca juga: Pengelolaan Sampah Organik Digalakkan di NTB, Kembangkan Konsep Zero Waste Bernilai Ekonomis

Pengangkutan sampah yang masih tercampur atau belum terpilah tidak diizinkan masuk ke TPA.

Pemilihan sampah saat ini terus digencarkan penerapannya di tengah masyarakat.

Dian Sosianti Handayani Humas Dinas LHK NTB sekaligus Koordinator Satgas Zero Waste menyebut pemilihan sampah adalah kunci dari pengelolaan sampah.

Dinas LHK saat ini juga gencar dengan program zero waste yang bernilai ekonomi, di mana hasil pengelolaan sampah dapat dirasakan dampak ekonomi secara konkrit oleh masyarakat.

Baca juga: Edukasi Soal Penghijauan dan Pengelolaan Sampah di NTB Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi

Tentu dengan jalan pemilahan sampah, sehingga jalan goal zero waste bernilai ekonomi tercapai.

Disebutkan Satgas zero waste kuncinya hanya satu yaitu masyarakat secara mandiri memilah sampah organik dan non organik sebelum diangkut petugas kebersihan.

Saat ini zero waste yang diharapkan dari pengelolaan sampah adalah budidaya magot yang sekarang sudah terlaksana dengan baik di beberapa daerah di NTB.

Semisal, relawan bernama Faizul Bayani asal Kekeri Lombok Barat yang melakukan pengelolaan sampah desa dengan cara unik.

Ia mengambil sampah hampir satu dusun, dalam kondisi yang terpilah.

Caranya, masyarakat dikasih ember satu persatu untuk memilah sampahnya sendiri dari rumah.

Kemudian apabila ada masyarakat tidak memilah sampahnya, Pak Faizul tidak akan mengangkut sampah mereka.

Sampah kemudian diolah menjadi pakan magot dan permintaan magot di pasaran sangat tinggi baik sebagi pakan ternak, pelet dan sebagainya.

"Kuncinya satu, masyarakat secara mandiri memilah sampah, masalah sampah selesai," tutupnya

(*)

Berita Terkini