Lebih jauh, proses pengajuan ini, kata dr. Rohadi telah melalui proses sekitar 3,5 tahun sampai dengan dinyatakan lulus.
Lamanya rentang waktu tersebut menurutnya dipengaruhi sejumlah hal.
"Sejak 2017 sebelum gempa melanda NTB kami sudah ajukan, karena memang pengajuan spesialis itu kan tidak semudah membuka program magister. Spesialis harus lewat kolegium dulu, setelah itu ke council kedokteran baru ke dikti, makanya prosesnya panjang," ujarnya.
Sejumlah hal yang menjadi indikator penilaian kelulusan antara lain kelayakan rumah sakit, sarana dan prasarana kesehatan, SDM dosen, kurikulum serta muatan lokal.
"Kita di NTB sudah dinyatakan memenuhi syarat-syarat tersebut," paparnya.
Kini setelah resmi diizinkan dibuka, pihaknya selanjutnya tinggal akan melakukan rekrutmen calon spesialis atau residen bedah.
Dengan dibukanya program spesialis beda ini, kata dr. Rohadi pihaknya membuka peluang bagi calon spesialis untuk melanjutkan spesialisasi di mataram di FK Unram RSUD Provinsi NTB.
Pasalnya, khususnya di wilayah Nusa Tenggara, salah satu problem yang muncul menurutnya adalah mal distribusi doktee yang belum tercukupi, termasuk dokter spesialis.
"Merupakan upaya dari kita, baik pemerintah daerah, pusat, asosiasi pendidikan kedokteran dan FK untuk mengurangi mal distribusi dokter yang ada di Indonesia khususnya di daerah timur, Nusa Tenggara," tandasnya.
Hal ini akan membuka kans besar bagi putra putri daerah yang ada di Nusa Tenggara untuk melanjutkan pendidkkan spesialisnya di Mataram
"Pada prinsipnya, sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan," ujarnya.
(*)