Opini

Tuan Guru Bajang: Kacamata Agama dan Negara

Editor: Lalu Helmi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi: Gubernur NTB (2008 - 2018), Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, dan Ketua Umum NWDI.

Oleh: Lalu Muhamad Helmi Akbar (Jurnalis)

***

Matahari mulai meninggi di Jumat pagi kala itu. Bias cahayanya hangat. Arloji di tangan masih menujukkan pukul 08.45 WITA. Jalan masih terlihat lengang. Belum ada aktivitas berarti.

Pada sebuah cafe di pinggir jalan itu, tampak sejumlah orang duduk melingkar. Kopi dan beberapa potong roti terlihat di atas meja.  

Tak lama berselang, sebuah mobil hitam terlihat merapat di areal parkir Bonum Cafe Mataram. Tamu yang ditunggu tiba.  Wajah teduh nan sejuk itu turun dari kendarannya. Dialah Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi.

Baca juga: SEJARAH NWDI, Didirikan TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, Kini Dipimpin TGB KH M Zainul Majdi

Baca juga: TGB Tanggapi Pembatasan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Beri Saran Ini ke Menteri Agama

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,..," kata TGB sembari berjalan menuju teras cafe.

Satu-persatu bersalaman. Wajah segar terpancar dari cucu Pahlawan Nasional TGKH Zainuddin Abdul Madjid itu.

"Acaranya di dalam?," tanya TGB.

"Iya Tuan Guru," jawab seseorang di dekatnya.

TGB masuk, diikuti yang lain.

Tuan Guru Bajang kemudian duduk di kursi kayu dengan lapis berwarna biru. Awak media mengambil posisi dua meter di depannya. Sorot lampu kamera mengarah ke TGB. Tanda bahwa konferensi pers jelang Muktamar NWDI segera dimulai.

Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia itu membuka dialog. Mengawali sambutannya, TGB mendoakan agar seluruh yang hadir senantiasa dianugerahi kesehatan.

Sebagai permulaan, TGB memulai dengan menerangjelaskan ihwal kondisi keberagamaan dalam konteks kebangsaan. Menurutnya, agama telah memberikan seperangkat nilai yang lebih dari cukup untuk dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara.

Secara implisit, Gubernur NTB dua periode itu hendak menyampaikan bahwa tidak boleh ada keraguan jika keberadaan islam di Indonesia adalah sebab bangsa ini diberkahi. Islam faktor pengokoh dan penguat, menjadi ruh bagi Indonesia. Umat islam harus menyadari posisinya sebagai suatu bangsa.

Hari jumat itu terasa lebih berkah. Setiap untaian kata yang keluar dari TGB jadi semacam suluh dalam kelam. Bernas dan menyejukkan.

Halaman
1234

Berita Terkini