Ini Pandangan Tuan Guru Bajang Tentang Pro Kontra Kesenian Wayang

Penulis: Lalu Helmi
Editor: Lalu Helmi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TGB Zainul Majdi memberikan tanggapan tentang pro-kontra kesenian wayang di Islamic Center Hubbul Wathan, Mataram.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH – Ulama kharismatik asal Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Majdi menyampaikan pendapatnya tentang kesenian wayang.

Pendapat tersebut dikemukakan Tuan Guru Bajang saat mengisi Kajian Tafsir bakda Sholat Jumat di Masjid Islamic Centre Hubbul Wathan, Mataram (18/2/2022).

Cucu Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid tersebut menyoroti soal relasi antara budaya dengan agama.

Baca juga: TGB: Narasi Dakwah Keagamaan Tak Boleh Menyulut Konflik dan Perpecahan

Baca juga: 3 Pesan TGB dalam Muktamar ke-1 NWDI: Perkhidmatan, Ukhuwah Islamiyah, dan Perjuangan Menjaga Amanah

Dalam konteks sosial, kata TGB, terdapat tradisi atau kebiasaan (budaya, red) yang beririsan langsung dengan kehidupan beragama.

Untuk memberikan penilaian tentang benar dan salah, kata TGB, harus menggunakan ukuran syariat.

"Jika ada tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah berlaku di masyarakat, silakan ukur dengan ukuran syariat," kata Gubernur NTB dua periode tersebut.

TGB mengingatkan pentingnya menilik persoalan ini secara jeli.

Sebab, tak semua produk budaya yang telah tumbuh mengakar itu buruk.

Khususnya dari perspektif agama.

TGB yang konsisten membawa narasi keagamaan "Islam Wasthiyah" juga menyebutkan tidak bijak mempertentangkan antara budaya dengan agama.

"Kalau kebiasaan itu mengandung nilai-nilai yang baik, silakan. Kalau kebiasaan itu niatnya baik, tetapi ada sesuatu yang kurang baik, yang kurang baik itu hilangkan," Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia itu.

Jangan perbuatannya itu langsung dianggap tidak baik.

Kalau ada penyalahgunaan, ucap TGB penyalahgunaannya itu yang dihilangkan.

Nilai bukan dari namanya, melainkan dari hakikatnya.

Termasuk juga dalam menilai kesenian wayang.

"Kalau wayang itu adalah suatu medium dengan tokoh-tokohnya itu mencerminkan, katakanlah suatu kisah pertarungan antara haq dan batil. Lalu terakhir yang menang adalah yang hak, yang batil itu walaupun dia kuat dan hebat tetapi dia jatuh, kalah. Apa artinya, berarti itu bisa menjadi medium dakwah," ujar Tuan Guru Bajang.

TGB mengingatkan, jika terdapat praktik yang kurang baik dalam budaya di masyarakat, hal itulah yang mestinya diperbaiki.

Tak boleh ada klaim yang dapat memantik timbulnya gesekan di masyarakat.

"Ya tentu saja, tidak usah kalau misalnya ada sebagian yang mengatakan berwayang itu di sebagian tempat ada ritual yang aneh-aneh, nggak usah pakai ritualnya," tandas TGB.

TGB mengajak semua pihak, pemerintah, ulama, maupun masyarakat untuk melihat secara hati-hati duduk persoalan dari setiap peristiwa.

Termasuk terkait kesenian wayang yang telah inheren selama ratusan tahun di masyarakat.

"Tunjukkan wayangnya saja tidak masalah, dengan syarat tadi, jangan sampai kemudian berwayang tapi nggak sholat, nah itu baru salah," beber TGB.

"Bukan wayangnya yang salah, tapi nggak sholatnya," sambung Ketua Umum Nahdatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) itu.

TGB menjelaskan, sesuatu yang mubah dan boleh, bisa bergeser hukumnya menjadi haram kalau atas alasan yang mubah tersebut, seseorang meninggalkan sesuatu yang wajib.

"Bukan wayangnya yang salah, melainkan meninggalkan yang wajib karena hal tersebut baru salah," ujarnya.

Banyak sekali kegiatan yang baik di tengah masyarakat, kata TGB, yang jika dilaksanakan sesuai ukuran, akan mendatangkan maslahat.

Berkesenian apapun bentuknya, ujar TGB, merupakan sesuatu yang diperbolehkan.

Dengan catatan tidak berlebihan.

Juga menggiring kepada kemaksiatan.

Sekali lagi, Ketua Umum NWDI tersebut mengingatkan pentingnya menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Sesuai dengan kadarnya.

Baca juga: Tutup Muktamar Ke-1 NWDI, TGB Luncurkan Buku Tentang Pandemi Covid-19

Baca juga: Febrian Ceritakan Kisah di Balik Buku Tuan Guru Bajang dan Covid-19

"Melihat budaya yang berkembang di tengah masyarakat itu tidak boleh dengan kacamata kuda, pokoknya budaya berarti bertentangan dengan islam, itu tidak boleh," kata Tuan Guru Bajang Zainul Majdi.

Dalam kesempatan lain, TGB secara konsisten mengingatkan agar konten dakwah pemuka agama tidak memantik munculnya friksi hingga konflik di tubuh masyarakat.

TGB menganalogikan jika Indonesia adalah manusia, maka tulang belakangnya adalah persaudaraan antar elemen bangsa. 

"Jika tulang belakangnya lemah, kita memberikan isu-isu SARA, kita membiarkan sentimen keagamaan itu diarahkan untuk hal-hal yang memancing pertentangan, memancing perselisihan itu sama artinya dengan melemahkan tulang belakang," jelas TGB

Sebelumnya, dalam sepekan terakhir publik ramai memperbincangkan soal kesenian wayang.

Hal ini lantaran beredarnya potongan ceramah Ustaz Khalid Basalamah.

Dalam potongan video tersebut, tampak seorang jemaah bertanya kepada Khalid tentang kesenian wayang.

“Saya orang Jawa dan saya suka pewayangan. Jadi, apakah wayah dilarang? Bagaimana tobat profesi dalang?,” tanya jamaah tersebut kepada Ustaz Khalid Basalamah.

Khalid langsung meresponsnya.

Dia mengatakan, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap budaya di Indonesia, bahwa Islam melarang permainan wayang.

“Tentu saja saya sudah pernah bilang ke teman-teman sekalian, tanpa mengurangi hormat terhadap tradisi dan budaya, kita harus tahu, bahwa kita Muslim dan dipandu agama. Harusnya Islam dijadikan tradisi dan budaya. Jangan budaya di-Islamkan, susah. Meng-Islamkan budaya ini repot, karena budaya banyak sekali,” jawab Khalid.

Menurutnya, meski kesenian wayang itu merupakan tradisi peninggalan nenek moyang bangsa, namun bukan berarti permainan tersebut harus dimainkan, lantaran dilarang dalam ajaran Islam.

“Kalau memang ini (wayang) peninggalan nenek moyang kita, mungkin kita bisa kenang dulu oh ini tradisi orang dulu seperti ini, tapi kan bukan berarti itu harus dilakukan sementara dalam Islam dilarang. Harusnya kita tinggalkan,” tuturnya.

Ustaz Khlaid Basalamah juga merespons pertanyaan mengenai tobat dalang pewayangan. Menurutnya, jika dalang masih menyimpan wayang di rumahnya, maka sebaiknya dimusnahkan saja.

“Kalau masalah taubat, ya taubat nasuha, dan kalau dia punya (wayang) lebih baik dimusnahkan, dalam arti kata dihilangkan,” kata Khalid.

Pendapat yang disampaikan Khalid ini sontak mendapat perhatian publik.

Tak sedikit yang mengecam perkataan Khalid.

Menanggapi hal tersebut, Khalid kemudian memberikan klarifikasi.

Namun, klasifikasi tersebut tak menyurutkan amarah publik.

Bahkan teranyar, ucapan Khalid dalam ceramah tersebut kini telah dilaporkan ke Bareskrim Polri.

(*)

Berita Terkini