Tutup Muktamar Ke-1 NWDI, TGB Luncurkan Buku Tentang Pandemi Covid-19

Ketua Umum PB NWDI TGB HM Zainul Majdi meluncurkan buku berjudul 'Tuan Guru Bajang dan Covid-19' yang ditulis Febrian Putra, saat Muktamar NWDI ke-1.

Penulis: Sirtupillaili | Editor: Sirtupillaili
Dok.NWDI
Ketua Umum PB NWDI TGB HM Zainul Majdi meluncurkan buku 'Tuan Guru Bajang dan Covid-19' yang ditulis Febrian Putra, saat penutupan Muktamar NWDI, Minggu 30 Januari 2022. 

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Pada penutupan Muktamar Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI), Ketua Umum PB NWDI TGB HM Zainul Majdi meluncurkan buku 'Tuan Guru Bajang dan Covid-19' yang ditulis Febrian Putra.

Pada peluncuran tersebut TGB mengatakan, buku ini ini berisi hal-hal terkait pandemi Covid-19.

“Di dalamnya ada bagaimana memandang Covid-19 dari sudut pandang sebagai seorang muslim. Seperti apa Islam membekali kita dengan nilai-nilai,” katanya, Minggu, 30 Januari 2022.

Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia ini melanjutkan, Islam selalu mengajarkan bagaimana menghadapi musibah yang tidak pernah diperkirakan.

Baca juga: SEJARAH NWDI, Didirikan TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, Kini Dipimpin TGB KH M Zainul Majdi

“Islam mengajarkan seperti apa menyikapinya dan menanggulanginya,” sambungnya.

Hal-hal yang tertulis dalam buku, kata TGB mencerminkan nilai-nilai yang membesarkan NWDI dan jamaahnya.

“Nilai yang membentuk jati diri serta karakter sebagai seorang mukmin, muslim, dan di saat yang sama sebagai kader NWDI,” kata TGB.

Sementara itu, Febrian Putra, penulis buku 'Tuan Guru Bajang dan Covid-19' mengatakan, buku yang ditulis ini berisi pandangan-pandangan ketua Umum PB NWDI seputar Covid-19.

Di awal pandemi muncul, terjadi beragam pandangan yang menyeret nilai-nilai agama dan bidang kesehatan.

“Muncul narasi-narasi yang membenturkan antara hasil medis dengan agama. Di sini beliau (TGB) memberikan panduan dari sisi agama,” katanya.

Dia mencontohkan, di awal pembatasan sosial, masjid ditutup, Salat Jumat ditiadakan, kemudian pasar dibuka. Hingga sampai proses vaksinasi.

“Ada noise (dengung) yang dilempar ke ruang publik bahwa salat jamaah tak boleh ditinggalkan. Masjid ditutup kok pasar dibuka. Sampai soal vaksin itu haram,” terangnya.

“Nah, Bapak TGB memberikan pemahaman, seperti ini lho panduan agamanya. Dan begitu pula ulama ahlusunnah wal jamaah lainnya berpandangan yang sama,” sambungnya.

Febri menambahkan, dia sendiri terinspirasi pada buku Flu Spanyol yang berisi tentang kisah flu yang merajalela 100 tahun lalu.

“Bila bicara siklus, pandemi dunia ini terjadi 100 tahun sekali. Jika dulu riuh tentang penanganan, di era sekarang seolah membenturkan pandangan keagamaan,” tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved