“Korban bercerita bukan untuk membuka aib, tapi salah satunya adalah menyelamatkan diri,” tegasnya.
Dalam Islam, menurut Nihayatul, ada tujuan dari hukum Islam, salah satunya adalah menjaga keselamatan diri, baik fisik maupun mental.
Kedua, tuturnya, korban harus bercerita untuk memutus tali kekerasan.
“Jadi ini bukan semata-mata soal hukum tapi memutus tali kekerasan.
Kalau korban sudah bercerita pada orang lain berarti kondisinya dia memang butuh diselamatkan, dia tidak mampu memutus kekerasan itu.”
Namun, bagi sebagian perempuan, mencritakan hal yang dialami dalam rumah tangga bukan hal mudah, karena ada persoalan yang luar biasa di dalam otaknya, yang mungkin sudah dicuci otak oleh pelaku.
Baca juga: PROFIL Oki Setiana Dewi, Ceramah KDRT Jadi Kontroversi, Belakangan Minta Maaf & Bikin Klarifikasi
“Bahwa kekerasan ini terjadi karena kesalahan kamu. Kalau kamu bercerita aibmu akan kelihatan, akan merusak martabat keluarga.”
Dia menegaskan, ketika ada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga bercerita, bukan sekadar bercerita seperti biasa.
Tapi dia bercerita karena dia membutuhkan pertolongan dan dia harus menyelamatkan diri.
“Bagi korban, yang pertama harus dilakukan adalah menyelamatkan diri.”
Ketiga, lanjut dia, tentang bagaimana Islam melihat kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Nihayatul mengatakan, kekerasan bukan ajaran dari Nabi Muhammad SAW.
Dia menceritakan kisah tentang nabi yang sedang bertengkar dengan istrinya, Siti Aisyah, yang merupakan anak dari Abu Bakar Shidiq.
“Saat itu Abu Bakar mau memukul Aisyah anaknya karena bertengkar dengan nabi, tapi nabi mencegahnya.”
Kisah lain, menurut Nihayatul, saat ada sahabat nabi yang melapor bhwa ada beberapa orang yang melamarnya.