Jusniati juga terdampak pandemi Covid-19.
Karena pandemi Covid-19 jumlah pengunjung berkurang dan penghasilan mereka juga menurun.
“Dulu bisa lima ratusan ribu sehari, sekarang seratus ribu saja sulit,” kata Jusniati.
Sebotol tuak ukuran tanggung 500 ml dijual Rp 5 ribu. Sementara untuk ukuran besar 1.500 ml dijual seharga Rp 10 ribu.
Setiap harinya, Juniati mengeluarkan sepuluh botol tuak ukuran tanggung dan besar.
Namun selama pandemi Covid-19 tidak semua botol-botol itu dapat terjual.
“Kalau tidak laku kami simpan, lewat tiga hari dibuat jadi gula cair,” jelasnya.
Tuak yang tidak laku dijual dapat dicairkan kembali menjadi gula cair.
Sepuluh botol tuak ukuran besar dapat dicairkan menjadi satu liter gula dan dijual dengan harga Rp 15 ribu.
“Rugi, tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.
(*)