Gilang Meninggal Saat Diklat, Sang Ayah Tak Menyangka Korban Masuk Menwa UNS: 'Tahu-tahu Mau Ikut'

Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah GE yang meninggal saat diklat Menwa UNS di rumah duka Dusun Keti, Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Senin (25/10/2021).

TRIBUNLOMBOK.COM - Diklatsar Pra Gladi Patria XXXVI Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (Menwa) Universitas Sebelas Maret (UNS) tengah menjadi sorotan publik.

Pasalnya, ada mahasiswa yang meninggal dalam acara tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada hari Minggu (24/10/2021).

Mahasiswa yang dimaksud Gilang Endi Saputra (21).

Ia menghembuskan napas terakhirnya diduga karena mendapatkan kekerasan dalam Diklat Menwa tersebut.

Kini, ayah mendiang Gilang yang bernama Sunardi hanya bisa pasrah.

Baca juga: Buntut Tewasnya Peserta Diklat Menwa, BEM UNS Singgung Dugaan Kekerasan Tahun 2013: Ada Pembiaran

Baca juga: Ditemukan Bekas Kekerasan di Kepala Gilang Buntut Diklat Maut, Menwa UNS Dilarang Beraktivitas

Sunardi, ayah almarhum Gilang Endi Saputra, mahasiswa UNS Solo yang meninggal dunia saat mengikuti Diklatsar Menwa. (KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Ia harus mengikhlaskan anaknya meninggal dunia walau terasa berat.

Gilang sendiri merupakan warga Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Saat ditemui di kediamannya, Sunadri mengaku tidak menuntut apa-apa.

Ia hanya ingin tahu tentang penyebab detail meninggalnya sang anak. 

Baca juga: Periksa 23 Saksi Soal Peserta Diklat Menwa UNS Tewas, Polisi Temukan Bukti Baru: Barang Elektronik

"Saya dan keluarga tidak untuk menuntut atau apa.

Hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan anak saya Gilang sampai meninggal," ujar Sunardi.

Sambil menunduk, Sunardi meminta agar kejadian yang menimpa putranya menjadi yang terakhir.

"Kami mohon aparat terkait untuk diusut seadil-adilnya, nantinya tidak ada Gilang Gilang berikutnya," kata Sunardi.

Tidak menyangka ikut Menwa

Foto Gilang Endi, mahasiswa yang meninggal saat mengikuti Diklatsar Menwa UNS, dipajang di Boulevard UNS, saat doa bersama 100 Lilin untuk GE, Selasa (26/10/2021) malam. (KOMPAS.COM/JAWAHIR GUSTAV RIZAL)

Sunardi mengaku tidak menyangka anaknya berniat mengikuti Korps Mahasiswa Siaga atau Menwa, sebab Gilang pernah mengatakan keinginannya ikut BEM.

"Kok tahu-tahu mau ikut Menwa," kata dia.

Sebelumnya, sang ibu juga pernah mengarahkan Gilang untuk menjadi anggota TNI, namun tidak berminat.

Sunardi sendiri adalah seorang purnawirawan TNI.

"Setelah jadi mahasiswa kok malah pengin masuk ke Menwa, tapi kalau namanya sudah takdir Allah mau bagaimana lagi," kata dia.

Sunardi mengungkap ibunya sempat tidak merestui Gilang ikut kegiatan Menwa karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Keluarga tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Tidak sama sekali. Siapa yang punya harapan anaknya untuk seperti itu," tambah Sunardi.

Sang ayah ikut siapkan perlengkapan

Selebaran bubarkan memenuhi Markas Menwa UNS Solo. (KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Mengetahui keinginan Gilang mengikuti Menwa, Sunardi pun membantu anaknya menyiapkan perlengkapan untuk diklatsar, salah satunya sepatu PDL.

Sunardi menyiapkan sepasang sepatu PDL, namun ternyata jenisnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Sepatu yang dicari ialah PDL kulit jeruk model lama.

"Sebelum cari perlengkapan mandi bilang gini 'Pak sepatunya nanti bukan pakai yang ini'. Kan sudah saya siapin sepatu baru yang militer kanvas ada ritsleting itu. Bukan pakai sepatu yang ini itu pak," kata Sunardi.

Baca juga: Polda Jateng: Peserta Diklat Menwa UNS Diduga Tewas Akibat Pukulan di Kepala, Ada Sumbatan di Otak

Untungnya Sunardi masih memiliki beberapa sepatu yang dia peroleh saat masih aktif sebagai TNI.

"Yang saya kasihkan (Gilang) kebetulan sepatu belum saya pakai waktu pembagian sudah lama. Terus saya bersihkan, saya lap kain basah," terang dia.

"Kalau bilang dari kemarin bisa direndam dulu, Mas (Gilang). Nanti dipakai kan lemas, enak. Kalau seandainya bilang kemarin. Saya rendam kemudian jemur sebentar kan dipakai bisa lemas," kata Sunardi pada Gilang saat itu.

Sempat antar cukur

Gilang menyiapkan perlengkapan tersebut pada Jumat sore karena seharian dia masih mengikuti kuliah.

Setelah sepatunya siap, Gilang kemudian berangkat cukur diantar Sunardi dan sang ibu menggunakan sepeda motor.

"Saya naik sepeda motor berdua sama mamanya. Gilang naik sepeda motor sendiri. Dia nyari tukang cukur kebetulan lokasinya dekat dan masih buka. Dia cukur tanya potongannya 010 ngomong gitu. Cepak saya bilang gitu, akmil saya bilang gitu," ungkap dia.

Usai potong rambut, Gilang pulang ke rumah dan melanjutkan persiapan untuk mengikuti Diklatsar.

Jumat sore, Gilang harus berangkat untuk menginap ke kos temannya, karena kegiatan diklat harus dimulai pukul 06.00 WIB pada Sabtu keesokan harinya.

"Mamanya minta Gilang makan dulu sebelum berangkat. Mamanya cerewet masalah makan sama anaknya. Mandi, dia ngobrol-ngobrol sama mamanya. Kok enggak besok saja ke kampusnya. Besok jam 6 sudah harus siap untuk latihan diklat," terangnya. Dia juga bilang teman saya mau menginap di kosan," terang dia.

Baca juga: Keluarga Diberitahu Panitia Jika Mahasiswa UNS yang Tewas Saat Diklat Menwa Kesurupan: Sempat Ruqyah

Pada hari pertama diklat, Sabtu (23/11/2021), ibunya sempat menghubungi Gilang, namun tidak tersambung.

"Mamanya hubungi lewat WA (WhatsApp) sudah tidak nyambung. Mas Gilang ini sudah off, sudah latihan gitu," ujar dia.

Bahkan sampai Minggu (24/10/2021) malam, ponsel Gilang tidak bisa dihubungi.

Baru Senin (25/10/2021) dini hari, ada dua orang mahasiswa mendatangi rumahnya dan meminta Sunardi mendatangi RSUD dr Moewardi, Solo.

Kedua mahasiswa itu tidak menjelaskan apa yang terjadi pada Gilang hingga masuk rumah sakit seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul ""Kami Ingin Tahu Mengapa Anak Saya Meninggal, Jangan Ada Gilang Gilang Berikutnya"".

Karena masih penasaran, Sunardi pun menanyakan kembali kepada mahasiswa tersebut karena Gilang masih ikut diklatsar.

Baca juga: Buntut Tewasnya Peserta Diklat Menwa, BEM UNS Singgung Dugaan Kekerasan Tahun 2013: Ada Pembiaran

Dua mahasiswa itu menjawab akan memberi tahu setelah sampai di rumah sakit.

Sunardi dan istri kemudian berangkat ke RSUD Dr Moewardi Solo dengan mengendarai sepeda motor.

"Sampai rumah sakit saya langsung diarahkan di depan IGD," kata dia.

Sunardi dan istri akhirnya tahu ternyata anaknya sudah tak lagi bernyawa.

Sunardi pun teringat Gilang yang terlihat semangat saat berangkat untuk mengikuti diklatsar.

Kondisinya juga sehat dan tidak memiliki riwayat sakit apa pun. Gilang selama ini dikenal sebagai anak yang suka berolahraga.

Adapun dari kasus Gilang, dua panitia diksar kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dinilai melakukan tindakan berlebihan hingga menyebabkan tewasnya Gilang.

Artikel lainnya terkait penganiayaan

(Kompas/ Kontributor Solo, Labib Zamani)

Berita Terkini