Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Setelah mendapat suntikkan vaksin, seseorang tidak otomatis kebal dari penularan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Warga yang divaksin masih berpotensi tertular, namun dampaknya tidak akan terlalu parah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dr Hj Nurhandini Eka Dewi menjelaskan, vaksinasi membentuk kekebalan pada diri sendiri.
Tetapi jika di sekitarnya banyak belum divaksin, sehingga masih ada potensi tertular.
”Kalau pun ada vaksinasi, protokol kesehatan tetap harus dikerjakan,” kata dr Eka, dalam keterangan pers, di kantor Dinas Kesehatan NTB, Selasa (5/1/2021).
Ia menerangkan, skenario vaksinasi Indonesia baru akan selesai dalam waktu 15 bulan sejak Januari 2021.
Artinya vaksinasi Covid-19 akan selesai pada triwulan I tahun 2022.
”Kekebalan komunitas atau herd immunity baru mulai muncul setelah tahun 2022 itu,” terangnya.
Dengan demikian, protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 harus dilakukan sampai tahun 2022.
Eka mengibaratkan penanganan kasus Covid-19 seperti penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
”Nyamuknya harus tetap dimantiin kan, kalau tidak ada nyamuk, kita tidak ketularan. Nah sekarang virus masih ada semua kan,” katanya.
Sehingga cara memutus penyebaran virus hanya dengan mematuhi protokol kesehatan meski sudah ada vaksin.
”Vaksin ini melindungi diri kita,” tegasnya.
Kalau pun setelah divaksin tetap terjangkit karena lingkungan tidak menjalankan protokol kesehatan. Menurut Eka, dampak virus tidak akan terlalu buruk.