Pilkada Mataram Selesai, Saksi Paslon Makmur-Ahda Mengeluh Belum Dibayar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BELUM DIBAYAR: Beberapa saksi paslon nomor urut 3 Makmur-Ahda yang belum dibayar. Mereka dijanjikan Rp 200 ribu per orang sebagai saksi saat pencoblonsan 9 Desember 2020. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Pesta demokrasi di Kota Mataram sudah selesai.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Mataram 2020 dimenangkan pasangan calon (Paslon) H Mohan Roliskana – TGH Mujiburrahman (HARUM).

Tapi bagi para saksi paslon nomor 3 H Lalu Makmur Said – Badruttamam Ahda (MUDA), pesata belum berakhir.

Beberapa saksi mengeluh belum mendapat bayaran.

Setelah pemilihan 9 Desember lalu, harusnya mereka menerima upah. Namun sampai sekarang belum menerima honor seperti dijanjikan.

”Saya berulang kali menangih, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan kami dibayar atau tidak,” keluh I Gede Jaya Sunadha, salah seorang relawan dan saksi pasangan MUDA, Kamis (31/12/2020).

Gede, pemuda asal Kelurahan Pegesanagan ini merupakan relawan pasangan MUDA wilayah Pegesangan, Kota Mataram.

Ia pun ikut bergabung untuk memenangkan pasangan MUDA. Menjelang pencoblosan dia diminta merekrut beberapa orang saksi.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Mulai Januari 2021 Vaksin Covid-19 Didistribusikan ke 34 Provinsi di Indonesia

Masing-masing orang dijanjikan akan diberi honor Rp 200 ribu sebagi saksi di Tempat Pemugutan Suara (TPS).

Honor itu akan diberikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaanya.

”Kami sudah bekerja dan sampai sekarang belum dibayar,” katanya.

Selaku perekrut saksi, Gede pun terus ditagih saksi-saksi yang diajaknya bergabung.

Ia pun berulang kali menagih ke tim pemenangan pasangan MUDA, namun hanya mendapatkan janji kosong.

”Saya hanya minta 4 orang ini dibayar dulu. Kurang tahu kalau yang lain, katanya banyak juga belum dibayar,” beber Gede.

Lambat laun, para saksi yang direkrutnya terus menagih kepada dirinya. Bahkan mulai dicibir dan dianggap memakan sendiri uang tersebut.

Gede pun akhirnya malu dan pusing sendiri. Semua pihak yang dihubungi tidak memberi kepastian.

”Sudah pusing sekali kepala saya, nggak tahu mau berbuat apa lagi,” ujarnya.

Baca juga: Covid-19 NTB Masih Tinggi, Razia Masker Digencarkan Jelang Tahun Baru

Karena tidak tahan terus ditagih, Gede pun kini kabur ke rumah keluarga di Denpasar, Bali untuk sementara.  

”Bisa stres saya. Saya nggak pernah berutang. Tiba-tiba jadi gini. Semua tiap hari ngechat saya,” keluhnya.

”Sudah nggak tahu dimana mau ditaruh muka saya. Kemarin saja saya ke sini (Bali) numpang truk gajah gotra biar gratis,” tuturnya.

Gede yang masih muda dan awam di dunia politik kini bingung sendiri.

Niatnya ingin menjadi relawan dalam Pilkada Kota Mataram berujung kekecewaan mendalam.   

Ia bahkan tidak berani pulang karena takut ditagih saksi-saksi yang direkrutnya.

Baca juga: Beredar Nama-nama Tokoh FPI di NTB, Polda NTB Pastikan Itu Hoaks

”Bagaimana mau balik (ke Mataram), saya nggak ada uang buat nalangin mereka.  Mereka terus ngechat saya, dia bilang nggak mau thau pokoknya harus diayar,” ujar Gede.

Terkait hal itu, calon wali kota Mataram H Lalu Makmur Said saat dikonfirmasi menjelaskan, ia sendiri belum tahu persis kasusnya.

Makmur akan menanyakan persoalan itu ke tim partai koalisi.

”Karena semua yang atur saya mereka. Kebetulan saya sepenuhnya diatur sama tim koalisi partai,” katanya.

Menurutnya, para saksi harusnya protes kepada pihak-pihak yang menjanjikan.

“Ya, protesnya kapada yang janjikan untuk bayar mereka seharusnya,” tandasnya.

(*)

Berita Terkini