Suami di Lombok Tengah Bunuh Istri
Aktivis Perempuan Sebut Femisida di NTB Alarm Bahaya, Negara Harus Hadir Tangani KDRT
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus meningkat, bahkan kini mulai mengarah pada feminisida.
|
Editor:
Laelatunniam
ISTIMEWA
KDRT DI NTB - Aktivis perempuan NTB, Nur Janah. Ia mengatakan Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus meningkat, bahkan kini mulai mengarah pada feminisida.
Pada 2021 terdapat 141 perkara KDRT, menurun menjadi 112 kasus pada 2022, namun kembali naik menjadi 126 kasus di tahun 2023, dan melonjak menjadi 165 kasus sepanjang 2024.
Puje mengungkapkan bahwa faktor utama pemicu KDRT adalah ekonomi dan ketidakstabilan emosi. Ia mendorong pasangan untuk membuka komunikasi dan meminta bantuan profesional bila diperlukan.
“Dalam lingkup rumah tangga kami menyarankan membuka ruang komunikasi, baik kepada keluarga sehingga bisa mendapatkan masukan-masukan uang menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga,” katanya.
Meski upaya penyelesaian kekeluargaan dimungkinkan, Puje menegaskan bahwa bila KDRT menyebabkan luka berat atau kematian, proses hukum harus dijalankan.
Berita Terkait
Berita Terkait:#Suami di Lombok Tengah Bunuh Istri
Kasus KDRT di NTB Meningkat Sejak 2022, Polisi Sebut Emosi dan Ekonomi Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Kesaksian Adik Korban Pembunuhan Suami di Lombok: Pelaku Berdalih Sang Kakak Tidur |
![]() |
---|
Istri Tewas di Tangan Suami di Lombok Tengah, Aktivis Ungkap Alasan Perempuan Jadi Korban KDRT |
![]() |
---|
Banyak Kasus Istri Tewas di Tangan Suami, LPA: Kesehatan Mental Jadi Persoalan |
![]() |
---|
Sosok Baiq Miranda, Istri yang Dibunuh Suaminya di Lombok Tengah, Dikenal Wanita Pekerja Keras |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.