Dispora NTB

Mengenal Kurash, Bela Diri Asal Uzbekistan yang Akan Dipertandingkan di NTB 2025

Kurash merupakan seni bela diri kuno yang berasal dari Asia Tengah, khususnya wilayah Uzbekistan.

|
Editor: Laelatunniam
Ilustrasi
BELA DIRI KURASH - Atlet kurash sedang beraksi. Dikenal sebagai olahraga bantingan, teknik dalam kurash berfokus pada lemparan dengan tangan tanpa menggunakan kaki atau kuncian seperti halnya judo. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM -  Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersiap menjadi tuan rumah dua kejuaraan internasional cabang olahraga bela diri Kurash, yakni 2nd KUSEA Kurash Championship dan 1st Beach Kurash Championship pada 28 Agustus hingga 1 September 2025.

Meski belum populer di kalangan masyarakat Indonesia, terlebih di NTB, Kurash kini mulai mendapat tempat sebagai salah satu cabang olahraga yang potensial berkembang.

Asal Usul Kurash

Mengutip laman kurashindonesia.org, kurash merupakan seni bela diri kuno yang berasal dari Asia Tengah, khususnya wilayah Uzbekistan. Kata kurash dalam bahasa Uzbek berarti “berjuang secara adil”.

Dikenal sebagai olahraga bantingan, teknik dalam kurash berfokus pada lemparan dengan tangan tanpa menggunakan kaki atau kuncian seperti halnya judo.

Olahraga ini telah dipraktikkan lebih dari 3.500 tahun, terutama saat perayaan tradisional dan pesta pernikahan di Asia Tengah.

Baru pada tahun 1980, seorang master bela diri asal Uzbekistan, Komil Yusupov, menyusun aturan standar Kurash sebagai cabang olahraga modern.

Langkah tersebut membuka jalan bagi penyebaran Kurash secara global, termasuk ke Indonesia.

Perjalanan Kurash di Indonesia

Pengenalan olahraga kurash di Indonesia dimulai pada tahun 2016 yang diprakarsai oleh Wide Putra Ananda. Pada saat itu, Indonesia sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Negara-negara Asia yang ke-18 yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 di Jakarta dan Palembang.

Wide melihat peluang yang sangat besar bagi atlet Indonesia untuk mendapatkan prestasi tertinggi dalam olahraga kurash khususnya di kelas ringan, karena olahraga kurash yang sederhana dan tidak mengenal teknik kuncian, sehingga dinilai cocok untuk kondisi atlet Indonesia.

Setelah mendapatkan izin dari organisasi kurash internasional, Wide kemudian mengajak Krisna Bayu seorang legenda judo Indonesia untuk memprakarsai berdiri organisasi kurash di Indonesia.

Pada tanggal 15 Juni 2016 berdirilah organisasi kurash pertama di Indonesia dengan nama Pengurus Besar Kurash Indonesia (PBKI) sebagai organisasi yang bertanggungjawab untuk mengembangkan dan membina olahraga kurash di Indonesia. Pada awal tahun 2019 sesuai keputusan musyawarah nasional luar biasa, nama organisasi diubah dari Pengurus Besar Kuras Indonesia menjadi Pengurus Besar Federasi Kurash Indonesia (PB Ferkushi).

Pada tanggal 24 Maret 2019 bersama dengan tiga cabang olahraga lainnya, PB Ferkushi diakui dan diterima secara resmi menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia melalui Rakernas KONI Pusat yang diadakan di Jakarta yang dihadiri juga oleh jajaran KONI Daerah dan seluruh Pengurus Besar organisasi cabang olahraga anggota KONI Pusat.

Selanjutnya masih pada tahun yang sama pada tanggal 9 Oktober 2019, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) mengesahkan dan menerima secara resmi PB Ferkushi sebagai anggota baru KOI melalui Kongres KOI yang diadakan di Jakarta.

NTB Siap Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Internasional Kurash

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi tuan rumah Kejuaraan Kurash South Asean (KUSEA), olahraga bantingan ini rencananya akan digelar Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.

Ketua Panitia KUSEA 2025 Vibrianti Savitri mengatakan kejuaraan ini akan diikuti oleh 300 atlet dari 7 negara di Asia Tenggara. Ada Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Myanmar.

"Jadi sebenarnya ada 8 negara yang ikut. Kita masih menunggu satu negara yang belum konfirmasi ikut dalam turnamen ini," kata Vibrianti di Mataram, Rabu (30/72025)

Pertandingan ini akan dibagi dalam dua kategori yakni indoor dan beach kurash, masing-masing dibagi dengan 27 kelas pertandingan. Akan dilaksanakan mulai 28 Agustus - 1 September 2025.

"Jadi total akan ada 54 pertandingan selama lima hari ke depan," jelasnya. 
 
Dalam kejuaraan ini, Indonesia menurunkan 98 atlet, termasuk 15 atlet asal NTB dari berbagai kategori umur. Mulai dari kadet, junior, senior hingga veteran. Seluruh atlet ini, sudah memiliki pengalaman bertanding di kancah internasional.

"Kita yakin Indonesia akan banyak sumbang medali," ujarnya.

Vibrianti mengatakan keputusan NTB sebagai tuan rumah didasarkan pada kesiapan infrastruktur dan potensi pariwisata. Menurut dia, NTB memiliki potensi pariwisata yang luar biasa yang tidak dimiliki daerah lain.

"Saya yakin para atlet dan official tak hanya bertanding, tapi juga akan menikmati keindahan alam di NTB,” ungkapnya.

Turnamen ini Vibrianti berujar telah dilaporkan ke Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal serta Dinas Pemuda dan Olahraga dan Dinas Pariwisata NTB. Turnamen ini sekaligus untuk mendorong NTB menjadi kawasan sport tourism dan promosi destinasi pariwisata unggulan.

"Mereka (atlet) yang datang tidak hanya bertanding namun juga menikmati wisata alam yang ada di NTB ini, karna kita punya banyak sekali wisata alam yang harus diperkenalkan," urainya.

Menurut dia, meski olahraga ini tergolong baru di Indonesia, telah menorehkan prestasi membanggakan. Tim Indonesia sukses meraih dua medali perunggu tingkat dunia untuk kategori putri, dan satu perak untuk kategori veteran.

 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved