Budaya

Mengenal Rantok di Lombok Timur, Alat Penumbuk Padi yang Sarat Cerita Asmara

Sembari menumbuk padi, antara laki dan gadis akan saling berbalas pantun atau biasa dikenal dengan sando.

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/TONI HERMAWAN
ALAT PENUMBUK PADI - Warga saat memukul rantok di acara Alunan Budaya Desa Pringgasela, Lombok Timur, Minggu (27/7/2025) malam. Alat tradisional ini bukan hanya alat penumbuk padi, melaikan sarat dengan kisah-kisah asmara. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Musim panen biasanya warga Desa Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur menumbuk padi menggunakan alat tradisional yang dinamakan Rantok.

Hal ini mempermudah pekerjaan para petani sebelum adanya alat penggiling. Cara kerjanya padi-padi yang di dalam lesung kemudian dipukul-pukul untuk merontokkan bulir-bulir padi atau biasa dikenal dalam bahasa sasak pantok.

Salah satu pemain Rantok, Amaq Sahyun menjelaskan, peralatan ini digunakan untuk memindahkan bulir-bulir padi pada zaman dahulu di bawa ke sawah dan biasa ditumbuk  oleh kalangan dadere (perempuan belum menikah).

"Ketika musim panen alat ini untuk menumbuk,” kata Sahyun memulai ceritanya dalam bahasa Sasak, saat ditemui di acara Alunan Budaya Desa Pringgasela, Minggu (27/7/2025) malam.

Lantaran alunan suara rantok cukup besar dan biasanya mengundang perhatian masyarakat, terutama laki-laki bujang dan ikut menumbuk padi.

“Pemuda dan laki-laki bujang kumpul,” sambungnya.

Selanjutnya, sembari menumbuk padi, antara laki dan gadis akan saling berbalas pantun atau biasa dikenal dengan sando.

“Sambil menumbuk padi, pria bujang dan perempuan berbalasan pantun,” kenangnya.

Dia mengakui, melalui media itu membuat laki dan perempuan saling mengenal hingga ke hubungan yang lebih serius. 

“Di situ awal mulanya berpacaran,” sambungnya.

Baca juga: Bedah Kitab TGH Najmuddin Makmun: Warisan Spiritualitas dari Darul Muhajirin untuk Generasi Baru

Warga lainnya, Nurhayati mengingat masa-masa dahulu pemandangan di sawah, warga berkumpul untuk menumbuk padi dalam lesung.

“Zaman dulu ini dipakai untuk menumbuk padi,” katanya.

Nurhayati mengakui setelah adanya peralatan penggilingan padi modern, lesung disimpan dan dikeluarkan saat acara-acara budaya.

“Sekarang jadi musik untuk menghibur dan dikeluarkan saat acara budaya,” ucapnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved