Konflik Thailand vs Kamboja
5 Update Konflik Thailand vs Kamboja: Lebih dari 10 Tewas, Ribuan Mengungsi
Lebih dari 10 tewas dan ribuan mengungsi akibat bentrokan bersenjata di perbatasan Thailand-Kamboja. Simak 5 update terbarunya di sini.
Penulis: Irsan Yamananda | Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNLOMBOK.COM - Ketegangan kembali memanas di perbatasan Thailand-Kamboja, menyebabkan korban jiwa dan evakuasi besar-besaran.
Kedua negara saling tuding atas pecahnya konflik bersenjata yang kini memicu keprihatinan global.
Berikut 5 update terbaru terkait konflik Thailand vs Kamboja seperti dikutip dari aljazeera.com:
1. Eskalasi Sengketa Perbatasan Memakan Korban Jiwa
Lebih dari 10 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan bersenjata antara militer Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan yang telah lama disengketakan.
Menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand, jumlah korban tewas mencapai 14 orang, terdiri dari 13 warga sipil dan satu personel militer. Sementara itu, 46 orang lainnya dilaporkan terluka—32 warga sipil dan 14 anggota militer.
Kedua negara memberikan pernyataan yang saling bertolak belakang terkait pemicu konflik.
Militer Thailand menyebut bahwa pasukan Kamboja melepaskan tembakan lebih dulu menggunakan senjata berat.
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mengklaim bahwa mereka hanya bertindak untuk membela diri setelah diserang terlebih dahulu.
2. Serangan Artileri dan Jet Tempur Dikerahkan
Dalam salah satu eskalasi terparah dalam sejarah perselisihan ini, Kamboja dikabarkan menembakkan peluru artileri dan roket ke wilayah Thailand.
Sebagai respons, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melakukan serangan udara.
Pertempuran dikabarkan masih berlangsung di beberapa titik panas sepanjang garis perbatasan.
Ribuan warga sipil terpaksa mengungsi demi menghindari dampak langsung kekerasan.
3. Ribuan Warga Mengungsi, Rumah Sakit Ditutup
Dampak kemanusiaan dari bentrokan ini sangat besar.
Sekitar 5.000 warga dari Provinsi Oddar Meanchey di Kamboja telah dievakuasi ke tempat yang aman.
Di sisi lain perbatasan, sekitar 40.000 warga Thailand dari 86 desa di Provinsi Surin juga dipindahkan ke lokasi pengungsian.
Situasi makin genting ketika Rumah Sakit Kantharalak di Provinsi Sisaket, Thailand, terpaksa ditutup sementara.
Surat kabar The Nation melaporkan bahwa rumah sakit tersebut mengevakuasi 170 pasien akibat situasi keamanan yang memburuk.
Suasana di rumah sakit dilaporkan panik dan kacau, dengan pasien dan staf medis dalam kondisi trauma dan ketakutan.
Seluruh armada ambulans dari 22 distrik dikerahkan untuk memindahkan pasien ke zona yang lebih aman.
Baca juga: Kunci Jawaban Ekonomi Kelas 12 Halaman 125 - 132 Bab 3 Asesmen Kurikulum Merdeka Terbaru
4. Reaksi Internasional: UE, Tiongkok, dan ASEAN Turun Tangan
Komunitas internasional menyatakan keprihatinan mendalam terhadap eskalasi konflik ini. Uni Eropa melalui juru bicara urusan luar negeri, Anouar El Anouni, menyerukan penurunan ketegangan dan penyelesaian sengketa melalui jalur damai. Pernyataan serupa juga datang dari Tiongkok dan Malaysia.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengatakan bahwa dirinya telah menghubungi para pemimpin Thailand dan Kamboja. Ia menyatakan bahwa kedua negara menunjukkan “kesediaan” untuk meredakan permusuhan.
Sebagai ketua ASEAN, Anwar mendorong deklarasi gencatan senjata segera dan menawarkan bantuan Malaysia dalam memfasilitasi dialog damai antara kedua negara.
5. Hubungan Diplomatik Memburuk
Konflik ini turut memengaruhi hubungan diplomatik kedua negara.
Thailand telah menarik duta besarnya dari Phnom Penh, sementara Kamboja melakukan hal serupa dan bahkan memerintahkan seluruh diplomat Thailand untuk segera meninggalkan negaranya.
Kesimpulan
Bentrokan mematikan di perbatasan Thailand dan Kamboja merupakan peringatan keras akan rentannya stabilitas regional di Asia Tenggara.
Meski ada sinyal kesediaan dari kedua pihak untuk berdialog, krisis kemanusiaan yang ditimbulkan tidak bisa diabaikan. Diperlukan upaya diplomasi yang cepat dan tegas dari negara-negara anggota ASEAN serta komunitas internasional guna menghentikan konflik sebelum memicu krisis yang lebih luas.
Duduk Perkara Konflik
Konflik antara kedua negara berkobar pada Mei 2025, setelah angkatan bersenjata Thailand dan Kamboja saling tembak di wilayah perbatasan yang menjadi sengketa.
Wilayah yang menjadi sengketa itu diklaim oleh msaing-masing negara sebagai miliknya.
Dalam kejadian itu, kedua belah pihak sama-sama mengaku bertindak untuk membela diri. Seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas.
Sementara kedua negara kemudian sepakat untuk meredakan situasi, otoritas Kamboja dan Thailand terus mengancam tindakan selain penggunaan kekuatan bersenjata, sehingga ketegangan tetap meningkat.
Pada 16 Juli, tiga tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau darat saat berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan yang disengketakan, dilansir Al Jazeera.
Baru-baru ini, tentara Thailand luka dan harus kehilangan kaki kanannya akibat ledakan ranjau darat, yang mana pihak berwenang menyalahkan Kamboja.
Kamboja membantah telah menanam ranjau, dan mengklaim tentara Thailand telah menyimpang dari jalur hutan yang disepakati dan memicu ranjau lama meledak.
Buntutnya, Thailand memberlakukan pembatasan ketat di perbatasan dengan Kamboja. Hal itu membuat hampir semua penyeberangan berhenti, kecuali untuk pelajar, pasien, dan orang lain dengan kebutuhan mendesak.
Sementara, pada Kamis hari ini, Thailand mengumumkan penutupan perbatasan secara menyeluruh.
Di sisi lain, Kamboja melarang film dan acara TV Thailand, menghentikan impor bahan bakar, buah-buahan, dan sayuran Thailand.
Mereka juga memboikot sambungan internet internasional dan pasokan listrik negara tetangga.
Menyusul insiden ranjau darat terbaru, Partai Pheu Thai yang berkuasa di Thailand mengatakan telah memanggil duta besar Thailand untuk Kamboja dan akan mengusir duta besar Kamboja dari negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Kamboja mengumumkan akan menarik semua diplomatnya dari Thailand dan memerintahkan semua diplomat Thailand untuk meninggalkan negara itu.
Sengketa Jadi Masalah Jangka Panjang
Sengketa perbatasan merupakan masalah jangka panjang yang telah menyebabkan ketangan antara Thailand dan Kamboja.
Sebagai informasi, kedua negara berbagi perbatasan darat sepanjang lebih dari 800 kilometer.
Klaim sengketa wilayah perbatasan bermula dari peta tahun 1907 yang digambar di bawah penjajahan Prancis.
Peta itu digambar untuk memisahkan Kamboja dari Thailand.
Kamboja menggunakan peta tersebut sebagai referensi untuk mengklaim wilayah, sedangkan Thailand menyebut peta itu tidak akurat.
Konflik yang paling menonjol dan penuh kekerasan terjadi di sekitar kuil Preah Vihear yang berusia 1.000 tahun .
Pada 1962, Mahkamah Internasional memberikan kedaulatan atas area kuil kepada Kamboja. Putusan ini menjadi hambatan besar dalam hubungan bilateral.
Kamboja kembali ke pengadilan pada 2011, menyusul beberapa bentrokan antara tentaranya dan pasukan Thailand yang menewaskan sekitar 20 orang dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Pengadilan tersebut menguatkan putusan yang memenangkan Kamboja pada 2013.
Kamboja kembali mengajukan banding ke pengadilan internasional untuk menyelesaikan sengketa perbatasan, tetapi Thailand menolak yurisdiksi pengadilan tersebut
(TribunLombok/ Irsan Yamananda)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.