Sejarah Lombok
Jejak Ekspedisi Ilmuan Dunia Alfred Russel Wallace di Ampenan, Pegiat Usulkan Bangun Monumen
Temuan Wallace di Lombok kemudian menjadi semakin penting dan memperkuat teori evolusi yang dirintis Charles Darwin.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tidak banyak yang tahu, Alfred Russel Wallace, seorang ilmuan besar dunia asal Inggris pernah singgah di Ampenan, Pulau Lombok pada pertengahan Juni, tahun 1856.
Dalam ekspedisinya sebagai seorang naturalis dan peneliti, Alfred Russel Wallace singgah ke Ampenan secara tidak sengaja.
Pada tahun 1856, saat hendak melanjutkan perjalanan dari Singapura ke Makassar, dia tidak mendapatkan kapal yang bisa mengantar langsung ke Sulawesi. Sehingga terpaksa menggunakan kapal yang melewati Bali dan Lombok.
Meski perjalanannya ke Pulau Lombok tidak disengaja, namun di Ampenan-lah, apa yang dia cari selama ini berakhir.
Dari sini ia kemudin berhasil melengkapi rasa penasarannya tentang batas persebaran hewan Asia dan Australia yang kita kenal sebagai Wallace Line atau Garis Wallace.
Wallace Line merupakan garis imajiner yang membentang persis di laut Ampenan atau Selat Lombok ke arah utara menuju laut Sulawesi dan berakhir di Filipina.
“Seandainya saya dapat menemukan jalur yang langsung menuju Makassar dari Singapura, saya tidak akan pergi ke dua pulau ini (Bali dan Lombok). Akibatnya saya akan melewatkan beberapa penemuan penting dari keseluruhan ekspedisi saya di dunia timur,” kata Alfred Russel Wallace, dalam buku The Malay Archipelago.
Zulhakim, pegiat Sejarah Lombok mengatakan, Wallace memang tak sengaja singgah di Ampenan pada pertengahan Juni 1856. Awalnya dari Singapura ia mencari tumpangan yang bisa langsung membawanya ke Makassar.
"Namun kapal yang ditunggu tak datang. Ketimbang menunggu lama ia lantas naik Kembang Djepoon, kapal bertiang dua milik orang Cina dengan kapten Inggris dan ABK dari Jawa," katanya.
Ia tiba di Buleleng Bali pada 13 Juni 1856 dengan harapan dapat kapal lain yang bisa membawanya ke Makassar. Namun lagi-lagi, dua hari menunggu kapal yg dicari tak juga tiba.
Karena itulah ia menerima tawaran untuk berlayar dua hari menuju Ampenan.
"Sialnya kesan pertama Wallace pada pesisir ini betul-betul tak ramah. Ombak Ampenan bulan Juni yang ganas hampir membuat kapalnya karam. Bersusah payah ia sampai ke daratan," tuturnya.
Dari Ampenan, melanjutkan penelitiannya dengan mencatat specimen fauna yang ada di Pulau Lombok.
Sederhananya, Wallace penasaran kenapa persebaran hewan-hewan besar seperti Gajah dan Harimau dari daratan Asia hanya berakhir di Bali.
Lalu dari Lombok ke timur satwanya mirip-mirip dengan Australia. Pun demikian antara hewan di Kalimantan dan Sulawesi.
Temuan ini kemudian menjadi semakin penting dan memperkuat Teori Evolusi yang dirintis Charles Darwin.
"Nah cuplikan cerita ini menjadi bumbu-bumbu yang kami ceritakan kepada para dubes yang mampir di Ampenan pagi tadi dalam acara Indonesia Gasrodiplomacy Series 2025," kata Zulhakim.
Sejarah kehadiran Alfred Russel Wallace di Lombok menurutnya perlu disampaikan ke generasi saat ini. Karenanya, di Ampenan harusnya dibuat monument perayaan Wallace.
Beberapa tahun terakhir ia dan komunitas Lombok Heritages and Science Society (LHSS) membuat paket-paket kecil wisata sejarah keliling Ampenan.
"Responnya bagus. Warga yang tergabung dalam kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) aktif ikut serta," katanya.
Setahun ini misalnya beberapa kali tamu baik rombongan kapal pesiar maupun perorangan datang.
"Warga setempat kami latih jadi pemandu. Lalu titik-titik rumah warga yang disinggahi ikut kebagian rupiah dari harga paket yang dibayarkan," ujarnya.
Pamungkas dari paket tour itu, tamu diajak makan siang di salah satu warung milik warga sekitar. Sehingga semua bisa merasakan manfaatnya.
"Dari Ampenan kami tengah mencoba beberapa kampung lain yang punya sejarah menarik untuk dikemas dan dibuatkan paket serupa," katanya.
Misalnya jalan-jalan di seputar kantor gubernur NTB, wali kota Mataram, atau jalan keliling Mayura dan Pura Miru.
"Kita coba, syaratnya harus melibatkan warga sekitar. Pelibatan ini penting agar warga tidak hanya dapat sampah dan ributnya saja," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.