Berita Lombok Timur
Nyelamet Dowong, Tradisi Masyarakat Denggen Lombok Timur Menjaga Tanaman dari Hama
Ritual Nyelamet Dowong merupakan tradisi masyarakat Desa Denggen, Lombok Timur untuk menjaga tanaman padi dari hama
Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Masyarakat Kelurahan Denggen, Kecamatan Selong, Lombok Timur, memiliki ritual unik untuk menyelamatkan tanaman padi dari hama.
Ritual masyarakat Denggen ini dinamakan 'Nyelamet Dowong'. Harapannya supaya tanaman warga tidak terserang hama dan hasilnya melimpah.
Sesepuh Adat Kelurahan Denggen, H Lalu Slamet menceritakan, rentetan ritual Nyalemet Dowong ini dilaksanakan selama tiga hari saat tanaman padi berusia satu bulan.
Warga akan memulai upacara pada hari Jumat, warga akan membersihkan makam, selanjutnya di hari Minggu warga akan menyembelih prosesi penyembelihan ayam dan ditutupi daun bambu.
Dari daun bambu ini akan mengalir darah-darah ayam ke dalam satu lubang drainase saluran irigasi yang akan menyebar ke sawah-sawah. Harapannya dengan aliran darah hewan itu akan menghilangkan hama.
"Tahun dulu pestisida buat hama tidak ada, keyakinan pada leluhur kita dilakukan bermanfaat, contohnya darah (ayam) yang ada di daun bambu ini akan ditaruh ditengah tanaman padi (dowong), darah itu amis dicari dan dimakan hama, kalau sudah kenyang (hama) maka dia berjatuhan," kata Lalu Slamet, Senin sore (3/2/2025).
Dilanjutkan dengan mengambil air dari mata air di wilayah setempat untuk dibawa ke kuburun bersama dengan daun-daun bambu yang sudah terkena percikan darah ayam.
Hari terakhir, tepatnya hari Senin diadakan zikiran di kuburan atau makam yang sudah dibersihkan.
"Intinya zikir doa bersama kepada Allah Subhanahwa Talla, supaya tanamam ini perjanan baik dan melimpah ruah," lanjutnya.
Baca juga: Polres Lombok Timur Siap Kawal Tradisi Nyongkolan Pasca Penandatanganan Piagam Gendang Beleq
Usai zikiran dan doa bersama dengan masyarakat setempat dan sesepuh adat di pekeburan yang sudah dibersihkan, masyarakat kemudian akan menyantap makanan bersama yang sudah dibawa oleh masyarakat menggunakan tembolak beak, penutup sajian makanan warna merah dan dihidangkan untuk masyarakat.
"Doa bersama dilaksanan di hari Senin karena hari Senin hari kelahiran Nabi Muhammad Saw," ujarnya.
Usai berdoa, masyarakat mengambil air dan daun-daun bambu yang terkena percikan darah ayam, menyiramin tanaman yang di sawah dan daun bambu yang terkenan percikan darah ayam ini ditancapkan di tengah-tengah padi.
"Acara kita laksanakan setiap tahun, pada saat tanaman berumur satu bulan," sambung Slamet.
Ia berharap agenda atau budaya ini menjadi event tahunan dan akan diusulkan ke pemerintah daerah.
"Insya Allah diusulkan, mudah-mudahan Pemda menerima itu," harapnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.