BMKG: Waspada Bencana Hidrometeorologi saat Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025

BMKG melaporkan potensi bencana hidrometeorologi diprakirakan terjadi bersamaan pada saat arus mudik Nataru 2024-2025

(TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Ilustrasi. Pengguna jalan melintasi banjir yang menggenangi Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Kamis (21/11/2024). BMKG melaporkan potensi bencana hidrometeorologi diprakirakan terjadi bersamaan pada saat arus mudik Nataru 2024-2025. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti potensi bencana alam di masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi bencana hidrometeorologi diprakirakan terjadi bersamaan pada saat arus mudik Nataru 2024-2025. 

Potensi bencana hidrometeorologi ini dipicu terjadinya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia ke wilayah Indonesia pada Desember 2024 hingga awal Januari 2025.

Sebagai gambaran, fenomena serupa pernah terjadi pada Januari 2020, yang mengakibatkan banjir besar di Jabodetabek. 

"Pada Januari 2020 banjir yang terjadi disebabkan oleh seruak udara dingin dari dataran tinggi Tibet. Sekarang ini potensi bencana hidrometeorologi dipicu oleh seruak udara dingin berasal dari dataran tinggi Siberia", ungkap Dwikorita.

Fenomena seruak udara dingin diprediksi akan memberikan dampak signifikan di wilayah barat Indonesia, termasuk Selat Sunda, Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. 

Baca juga: KPU NTB Petakan Potensi Gangguan Pilkada 2024, Bencana Alam hingga Jaringan Jadi Perhatian

Cuaca buruk yang disertai hujan lebat berpotensi menyebabkan gangguan pada jalur mudik dan jalan tol," ujarnya dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) yang diadakan kementerian koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (Kemenko PMK) untuk koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian persiapan libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

Dwikorita menegaskan bahwa mitigasi bencana hidrometeorologi memerlukan dukungan lintas sektor. 

"Meskipun modifikasi cuaca telah dilakukan pada beberapa kejadian sebelumnya, langkah ini saja tidak cukup untuk mengatasi dampak yang lebih luas," urainya.

Koordinasi yang baik sangat penting, terutama dalam pengelolaan drainase, pintu air, penanganan aliran sungai yang dangkal, dan memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi potensi banjir.

Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan serta mempersiapkan langkah antisipasi, sembari berharap bahwa intensitas fenomena ini tidak semakin menguat.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved