Pilkada NTB
Dosen Politik UIN Mataram Ingatkan Para Elit Tidak Gunakan Isu Sara dalam Kontestasi Pilkada NTB
Dr Ihsan Hamid mengingatkan ke pAda calon dan tim yang bertarung di Pilkada NTB untuk tidak memainkan isu Sara (Suku, Agama dan Ras)
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tensi politik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin memanas, para figur-figur yang sebelumnya digadang-gadang akan tampil di kontestasi politik tersebut kini sudah mengerucut.
Setidaknya, sejau ini sudah ada tiga pasang yang memastikan diri akan maju di Pilgub NTB nanti yakni, pasangan Sitti Rohmi Djalilah - H W Musyafirin (Rohmi Firin), Zulkieflimansyah - Suhaili FT (Bang Zul - Abah Uhel) dan Lalu Gita Ariadi - Sukiman Azmi (Gita Sukiman).
Sementara satu tokoh lainnya yakni Lalu Muhammad Iqbal hingga hari ini belum mengumumkan nama pendampingnya, untuk tampil di Pilgub NTB nanti.
Kendati sejumlah nama sudah menemukan pasangannya, namun sejauh ini belum ada satu pasanganpun yang mendapatkan surat rekomendasi partai politik yang akan digunakan untuk mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.
Mananggapi dinamika politik yang berkembang, pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Dr Ihsan Hamid mengingatkan ke pada calon dan tim yang maju di Pilgub NTB, untuk tidak memainkan isu Sara (Suku, Agama dan Ras) dalam kontestasi Demokrasi.
Menurut Ihsan jika ada tim sukses maupun elit politik yang memainkan isu Sara tersebut menandakan tidak dewasa dalam berpolitik.
"Saya kira itu menandakan dia (tim sukses) tidak siap kalah, oleh sebab itu tidak layak dipilih menurut saya," kata Ihsan, kepada TribunLombok, Sabtu (15/6/2024).
Dosen politik UIN Mataram itu menjelaskan, semua pihak sudah bersepakat bahwa menggunakan isu Sara dalam berpolitik merupakan cara licik, untuk menumbangkan lawan.
Keterbukaan sistem demokrasi yang terjadi sekarang ini, kata Ihsan sebagai upaya untuk menghilangkan isu Sara dalam setiap perhelatan demokrasi.
"Artinya tidak layak sekali sebagai isu untuk mempengaruhi pemilih," kata Ihsan.
Ukuran yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mempengaruhi pemilih seharusnya dengan menjual gagasan, background dan prestasi yang pernah dicapai selama ini.
"Persoalan siapa memilih siapa, mau dia Sumbawa, Sasak tidak perlu menjadi alasan yang sempit untuk mendeskridiitkan itu," kata Ihsan.
Baca juga: Pesan Deklarasi Pasangan Zulkieflimansyah - Suhaili Maju di Pilgub NTB
Ihsan berharap para kontestan dan tim sukses tidak menggunakan isu Sara untuk menumbangkan lawan di Pilgub nanti, melainkan bertarung secara dewasa dengan menjual ide dan gagasan kepada masyarakat.
Selain para elit politik, peran serta penyelenggara dalam hal ini KPU dan Bawaslu serta stakeholder terkait untuk ikut jangan menggunakan isu-isu Sara saat Pilkada berlangsung.
"Ini kita memilih pemimpin daerah, bukan memilih pemimpin suku," lanjutnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.