Kuli Bangunan Bunuh Dosen

Keluarga Dosen UIN yang Tewas Dibunuh Endus Kejanggalan, Ungkap Sosok Dian Tak Banyak Bicara

Ayah Dian yang merupakan guru besar di Universitas Mataram Prof Moh Hasil Tamzil mengungkapkan, putri sulungnya itu orang yang ramah dan sopan.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Keluarga menaburkan bunga di aras makam Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Surakarta yang menjadi korban pembunuhan. Korban dimakamkan di Kota Mataram, Sabtu (26/8/2023). 

Laporan wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Sosok Wahyu Dian Silviani (34), dosen UIN Surakarta yang menjadi korban pembunuhan merupakan sosok ramah dan baik hati.

Ayah Dian yang merupakan guru besar di Universitas Mataram Prof Moh Hasil Tamzil mengungkapkan, putri sulungnya itu orang yang ramah, tidak banyak bicara apalagi sampai melukai hati orang lain.

"Saya paling tahu bagaimana anak saya ini, anak saya ini termasuk yang tidak banyak bicara, santun, sopan," kata Prof Tamzil, saat ditemui usai pemakaman putrinya itu, Sabtu (26/8/2023).

Lebih lanjut Dosen Fakultas Peternakan Unram tersebut mengatakan, kematian anaknya itu terdapat kejanggalan.

Apalagi dengan pengakuan pelaku yang mengatakan bahwa alasan pembunuhan akibat dikatakan dengan perkataan yang tidak pantas.

Baca juga: BREAKING NEWS: Dosen yang Dibunuh Kuli Bangunan di Solo Telah Dimakamkan Pagi Ini di Mataram

Sehingga hal tersebut memperkuat kecurigaan keluarga penyebab kematian korban bukan karena ucapannya.

Keluarga meminta polisi mengusut sampai akarnya motif pembunuhan dosen UIN Raden Mas Said Surakarta tersebut.

"Ini ada sesuatu yang tersembunyi di balik pengakuan itu, saya harap polisi harus cerdik," jelas Dosen Fakultas Peternakan Unram tersebut.

Sebelumnya, adik korban Fatim Nabila Fitri sempat bersama Dian beberapa minggu sebelum kejadian.

Fatim mengatakan tidak ada firasat kakaknya akan meregang nyawa dengan cara yang mengenaskan.

Bahkan terhadap pelaku, dikatakan Fatim korban selalu berlaku baik.

Baik tutur kata maupun perlakuan yang lain, selama Fatim bersama korban di Solo.

"Dua minggu saya di Solo, kakak saya sering ngajak siang bolong cariin makanan buat mereka," kata Fatim dengan mata yang terus meneteskan air mata.

Jenazah Dian dimakamkan di Mataram diantar oleh ratusan kerabat bersama keluarganya.

Isak tangis ibunya tidak henti henti hingga Dian dimasukkan kedalam pusara terakhirnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved