Berita NTB

Bima dan Dompu Masuk Musim Kemarau, Suhu Panas Capai 35 Derajat Celcius

Tepat memasuki Bulan Ramadan 1444 Hijriah, wilayah Bima dan Dompu juga memasuki musim kemarau.

Penulis: Atina | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Shutterstock
Bima dan Dompu Masuk Musim Kemarau, Suhu Panas Capai 35 Derajat Celcius - Ilustrasi cuaca panas. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Tepat memasuki Bulan Ramadan 1444 Hijriah, wilayah Bima dan Dompu juga memasuki musim kemarau.

Sesuai prakiraan awal Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bima, hujan di Bima akan perlahan berkurang mulai akhir Februari hingga awal Maret.

Sehingga memasuki pertengahan Maret, wilayah Bima dan Dompu memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

"Kalau untuk saat ini wilayah Bima dan Dompu masuk pada periode awal musim kemarau," jelas Kepala BMKG Bima, Topan Primadi, Jumat (27/3/2023).

Baca juga: NGERI! Instruktur Taekwondo di Solo Diduga Cabuli Anak Bawah Umur

Kendati demikian lanjutnya, peluang hujan masih akan ada yang bersifat lokal dan sporadis.

Pantauan TribunLombok.com, beberapa pohon mulai terlihat menggugurkan daunnya pertanda penyesuaian memasuki musim kemarau.

Suhu panas dan kering, juga mulai terasa di Kota Bima.

Menurut BMKG, rata-rata suhu maksimum untuk wilayah Bima dan Dompu bisa mencapai antara 32 derajat celcius hingga 35 derajat celcius.

Baca juga: PDIP Pada BEM UI: Mahasiswa Jangan Diperalat Manuver Politik

Berdasarkan pengalaman peningkatan suhu panas di Bima dan Dompu, suhu saat ini masih normal terjadi pada bulan Maret sampai April.

Apakah ini pengaruh dari peristiwa Kulminasi yang sedang terjadi di Indonesia?

Menurut Topan, peristiwa Kulminasi tidak berdampak pada cuaca di Bima dan Dompu.

Apalagi untuk wilayah, siklus tersebut sudah terlewati yakni pada 26-27 Februari 2023 lalu.

Baca juga: Warga Bisa Laporkan ASN atau Pejabat yang Tetap Gelar Bukber Selama Ramadan 2023

Ia menjelaskan, Kulminasi merupakan peristiwa matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau dititik zenit.

Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat "menghilang" sekitar 30 detik sesudah
dan sebelum waktu puncak di masing-masing wilayah.

Penyebabnya, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.

"Kalau pengaruhnya pada suhu lebih panas atau cuaca yang gimana, tidak ada," tandas Topan.

 

Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved