Pilpres 2024
Ide Menduetkan Ganjar-Prabowo Dianggap Mustahil dan Tak Pantas
Pertama, Bawono menyinggung tidak pantasnya Ketua Umum Partai Gerindra menjadi calon wakil presiden pendamping Ganjar.
TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Pengamat politik Bawono Kumoro memberikan komentarnya terkait ide duet Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto di Pilpres 2024 mendatang.
Ide ini menjadi perbincangan setelah Charta Politika merilis survei terbarunya terkait simulasi Capres dan Cawapres Pilpres 2024. Hasilnya, Ganjar akan memenangi Pilpres 2024 jika dipasangkan dengan Prabowo.
Baca juga: Pilpres 2024: Empat Dilema Hantui Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri
Bawono menilai, ide 'penjodohan' Ganjar-Prabowo di Pilpres 2024 mustahil terjadi.
"Memang gagasan untuk memasangkan Ganjar Pranowo-Prabowo Subianto cukup menarik. Akan tetapi gagasan itu hampir mustahil sekali untuk direalisasikan," kata dia, Senin (26/12/2022).
Bawono membeberkan sejumlah alasan yang jadi penghalang duet Ganjar-Prabowo.
Pertama, Bawono menyinggung tidak pantasnya Ketua Umum Partai Gerindra menjadi calon wakil presiden pendamping Ganjar.
Selama mengikuti Pilpres di tahun 2014 dan 2019, Prabowo selalu menjadi calon presiden.
"(Ide ini) merupakan hal sangat aneh dan juga tidak baik dari segi kepantasan dan juga gengsi politik. Apabila setelah maju sebagai calon presiden dalam dua pemilihan presiden terdahulu lalu kemudian maju sebagai calon wakil presiden di pemilihan presiden mendatang," urai Bawono.
Alasan kedua, ide duet Ganjar-Prabowo juga bertentangan dengan hasil rapat pimpinan nasional dari Gerindra pada Jumat, 12 Agustus 2022 lalu. Dalam rapat tersebut, Prabowo ditetapkan sebagai calon presiden. Artinya ide duet Ganjar-Prabowo secara tidak langsung menjegal Prabowo jadi calon presiden.
"Hal itu sama saja meminta secara halus kepada Prabowo Subianto agar tidak maju dalam kontestasi pemilihan presiden 2024," imbuh Bawono.
Alasan ketiga, lanjut Bawono, tidak jadinya Prabowo sebagai calon presiden akan merugikan Gerindra. Pencalonan kembali Prabowo sebagai Capres bernilai sangat strategis bagi Gerindra.
"Agar dapat menghadirkan efek ekor jas (coattail effect) karena pemilihan presiden dan pemilihan legislatif mendatang akan kembali berlangsung bersamaan dalam satu hari sebagaimana tahun 2019 lalu," tandas Bawono. (tribunnews)