Sinopsis Sinetron

Sinopsis Sinetron Preman Pensiun 7 Hari Ini Sabtu 3 Desember 2022: Cecep Tahu Soal Edi dari Bubun

Sinopsis Sinetron Preman Pensiun 7 tayang pada hari ini Sabtu 3 Desember 2022 pukul 20.00 WITA di RCTI. Kang Cecep sudah tahu syahwat politik Bang Edi

Penulis: Irsan Yamananda | Editor: Irsan Yamananda
Instagram/ MNC Pictures
Sinopsis Sinetron Preman Pensiun 7 tayang pada hari ini Sabtu 3 Desember 2022 pukul 20.00 WITA di RCTI. Kang Cecep sudah tahu syahwat politik Bang Edi 

Kita lihat jawabannya malam ini.

Baca juga: Naik Daun dan Main Sinetron Seusai Jadi Aspri Hotman Paris, Regina Preman Pensiun: Makasi Abang

Jangan lupa untuk menyaksikan sinetron Preman Pensiun 7 pukul 20.00 WITA malam nanti di RCTI.

Kamu bisa menyaksikannya via link live streaming berikut ini:

LINK

Preman Pensiun adalah sinetron Indonesia produksi MNC Pictures yang ditayangkan perdana 12 Januari 2015 pukul 17.00 WIB di RCTI.

Sinetron ini disutradarai oleh Aris Nugraha.

Sinetron yang ide ceritanya dari Aris Nugraha ini, yang awal musim dibintangi oleh Didi Petet, Epy Kusnandar, dan Mat Drajat.

Sinetron ini menceritakan kehidupan premanisme di Kota Bandung

Baca juga: Sinopsis Sinetron Preman Pensiun Season 7 Selasa 1 November 2022: Tony Memulai Rencana Balas Dendam

Serial komedi penuh inspirasi Bahar (disapa “Kang Bahar”) yang sebenarnya hanya “preman kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas, selain menjadi pelindung (“backing”) para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar (Pasar Palasari) dan terminal bus (Terminal Cicaheum) di Kota Bandung.

Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, meskipun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.

Masa lalu yang terceritakan dalam dialog adalah Bahar, Bahar merantau dari Garut ke Bandung sekitar tahun 1972, ketika dia remaja dan pergi merantau karena keluarganya di kampung sangat miskin.

Di Kota Bandung, Bahar remaja mencari nafkah sebagai penjual tahu, leupeut dan telur asin di bus sebelum keluar terminal.

Penghasilan Bahar kala itu tidaklah besar, hanya pas-pasan, cenderung minim.

Dia menerima itu sebagai rezekinya, tetapi yang tidak bisa dia terima adalah bahwa dia harus membayar pajak pada para preman. Bahar kemudian berpikir bahwa daripada dipungut “pajak” lebih baik dia yang memungut pajak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved