Tahun Depan, 17 Negara Bakal Ikut Kejuaraan Paralayang Dunia di Sky Lancing Lombok

Kawasan Sky Lancing, Desa Mekarsari, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah bakal menjadi tuan rumah Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2023.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
Kloase potret aksi atlet paralayang mengudara di Sky Lancing, Lombok Tengah, NTB. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Kawasan Sky Lancing, Desa Mekarsari, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah tak henti menggelar kejuaraan paralayang.

Setelah sukses menggelar kejuaraan paralayang nasional, kejuaraan dunia bakal digelar disini.

Sky Lancing bakal menjadi tuan rumah Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2023.

Kepastian ini didapat daru Ketua Federasi Aerosport Indonesia (FASI) NTB yang juga Komandan Lanud ZAM, Kolonel Pnb R. Endri Kargono. Dikatakan, minggu depan akan membahas event PGAWC dengan beberapa pihak.

Intinya, kata pria kelahiran Lamongan Jawa Timur itu, sejauh ini dari PGAWC sudah menyetujuinya.

Baca juga: Makin Keren, Sky Lancing Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Paralayang Tingkat Dunia Tahun Depan

"Tinggal kami menyelesaikan administrasinya. Setelah clear nanti kami kabari lagi," pungkasnya.

Berdasarkan jadwal PGAWC 2023, event Paragliding internasional di Sky Lancing Indonesia digelar pada 27 - 30 Juli 2023.

Ketua Harian Federasi Aerosport Indonesia (FASI) Lombok Tengah, Roy Rahmanto mengatakan, sejumlah persyaratan untuk memenangkan bidding sebagai tuan rumah PGAWC 2022 telah tuntas.

Roy mengaku, pada September lalu, tim PGAWC sudah datang melihat kawasan Sky Lancing dan memberikan masukan terkait apa saja yang perlu dibenahi.

Terkait dengan lokasi, tim dari PGAWC tidak mempermasalahkan, hanya saja disinggung soal kesiapan panitia.

"Tim PGAWC meminta kami menyiapkan kepanitiaan yang mumpuni untuk menyambut event internasional ini," terangnya.

Tim dari PGAWC sempat meragukan kualitas SDM panitia dalam mengatur event paralayang sehingga meminta untuk membuat event kecil-kecilan.

Dari event kecil-kecilan yang dilakukan, tim PGAWC tidak mempermasalahkan meski tidak terlalu bagus.

"Apa yang kurang tentunya menjadi pembelajaran, terlebih event PGAWC ini perlakuannya tentu berbeda," ujarnya.

Pria yang juga merupakan ASN di Bappeda Lombok Tengah itu juga mengatakan, akses jalan menuju lokasi juga perlu diperbaiki.

Dikatakan, Lancing sebagai tuan rumah sudah mendapat kesepakatan antara pemilik lahan, Lanud ZAM, termasuk juga pemerintah provinsi dan kabupaten.

Lancing ini juga satu-satunya lokasi paralayang di Lombok yang sudah mengantongi izin terbang pada Agustus 2022 bertepatan dengan acara Pelangi Nusantara.

"Tidak bisa sembarangan untuk main di udara, apalagi di sini kita mainnya di atas 100 bahkan 200 meter," ujarnya.

Masih kata Roy, saat menyampaikan surat bidding ke pihak PGAWC sempat ditolak lantaran terbentur jadwal.

"Awalnya kami bersurat untuk mengadakan event ini pada Juni 2023 namun ditolak karena jadwalnya berbenturan dengan acara PGAWC," ucapnya.

Sehingga, disetujui untuk mengadakan PGAWC di Sky Lancing pada Juli 2023.

Dalam surat yang dikirim, dijelaskan jarak dari bandara ke lokasi, jarak pelabuhan ke lokasi, berapa penginapan sekitar lokasi dan lainnya.

Disinggung soal jumlah atlet paralayang di NTB, pihaknya mengaku atlet yang sudah lisensi level 2 sekitar 20 orang.

"Persyaratan, atlet yang mengikuti kejuaraan dunia harus berada di level 2," sebutnya.

Beberapa atlet yang terus dilatih di antaranya dari Sembalun Lombok Timur, Lombok Tengah dan sebagian besar di Kabupaten Sumbawa Besar (KSB).

Dia menyebut, Rakernas Paralayang di Semarang digelar 17-18 Desember 2022 dengan misi memasukkan jadwal PGAWC Indonesia ke dalam Calendar of Event Paralayang Indonesia.

"Pengurus akan masukkan ke Calender of Event Indonesia dan itu ditanda tangani Kepala AU," tuturnya.

Dengan begitu, diharapkan TNI AU memberikan dukungan berupa herkules untuk atlet lokal.

Setelah Rakernas, pihaknya akan melakukan komunikasi intens dengan Pemkab Lombok Tengah dan Pemprov NTB guna menyamakan persepsi siapa melakukan apa alias bagi-bagi tugas.

Menurutnya, event tersebut bukan hanya bicara olahraga secara utuh, akan tetapi akan memberikan pertunjukan budaya lokal seperti tari, gendang belek, peresean dan lainnya.

"Bicara paralayang, kita harus bicara sport tourism," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved