Berita Komunitas
Perayaan Buku Akarpohon Mataram, Topeng Labuapi karya Lamuh Syamsuar
Akarpohon Mataram sukses menggelar acara Perayaan Buku Topeng Labuapi karya penyair Lamuh Syamsuar.
TRIBUNLOMBOK.COM - Akarpohon Mataram sukses menggelar acara Perayaan Buku Topeng Labuapi karya penyair Lamuh Syamsuar.
Perayaan Buku kali ini digelar di Gerobak Kopi Jalanan Mataram, pada Sabtu (12/11/2022) lalu.
Bedah buku puisi Topeng Labuapi itu menghadirkan Lamuh Syamsuar selaku penulis, kemudian penyair Sindu Putra yang bertugas membahas puisi, dipandu moderator Arga Purnama, aktor Overact Theatre.
Tidak hanya dibahas secara lisan dan tulis, buku puisi Topeng Labuapi juga direspons atau dialih wahanakan secara musikal oleh Syahrul Barak.
Baca juga: Rilis Buku Akarpohon Mataram: Satu Keluarga Telah Lengkap karya Bulan Nurguna
Sindu Putra mengatakan, judul buku puisi karya Lamuh Syamsuar ini bisa menjadi pintu masuk menafsirkan isinya lebih dalam.
"Topeng Labuapi tak hanya hasil ekspresi personal penyairnya, tapi juga merupakan ekspresi komunal," kata Sindu, malam itu.
Pernyataan Sindu itu tak lepas dari muatan wacana yang dipancarkan buku puisi Lamuh Syamsuar, erat dengan suara-suara kebudayaan.
Dalam konteks buku puisi Labuapi, fitur-fitur kebudayaan yang dimunculkan antara lain Jawa, Bali, Sasak.
Baca juga: Komunitas Tastura Mengajar bersama Akarpohon Mataram Bedah Buku Kiki Sulistyo di Lombok Tengah
Sementara itu, Lamuh mengaku dalam proses kreatifnya menulis buku puisi Topeng Labuapi, ia menemukan satu istilah dalam tradisi bahasa Jawa yang disebut sebagai Pasemon.
Kemudian penerapan diksi itu dimulai dari diksi Labuapi, di mana kemudian terdapat berbagai konteks yang berhubungan dengan diksi tersebut.
Ditanya mengenai persamaan serta perbedaan corak sastra antara Jawa, Bali dan Lombok, Lamuh menarik analisis pada simpul spiritual ketiga daerah itu.
Menurut Lamuh, bahwa ketiga daerah itu punya kesamaan juga perbedaan pada sisi-sisi tertentu.
"Misalnya pelafalan vokal, yang disuarakan lewat mulut biasanya mempengaruhi juga bentuk tulisan. Tapi bisa terbaca polanya dari Jawa, Bali, hingga ke Lombok," ujarnya.
Acara kemudian ditutup oleh respons musikal dari Syahrul Barak dengan menggunakan instrumen suling.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.