Satu Keluarga Meninggal di Kalideres, Muncul Dugaan Mereka Kelaparan

Dugaan itu muncul setelah tim forensik menemukan fakta, otot-otot semua korban mengecil dan tidak ditemukan makanan dalam tubuh mereka.

Editor: Dion DB Putra
Ilustrasi
Satu keluarga yang terdiri dari empat orang meninggal bersamaan di perumahan Citra Garden Extension Kalideres, Jakarta Barat. Muncul dugaan mereka meninggal karena kelaparan. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Warga perumahan Citra Garden Extension Kalideres, Jakarta Barat hingga Minggu (13/11/2022) masih membicarakan penemuan mayat satu keluarga terdiri empat orang di salah satu rumah di lokasi tersebut.

Keempat mayat yang ditemukan pada Kamis (10/11/2022) dini hari tersebut juga belum dikremasi. Pembicaraan warga masih seputar dugaan mereka meninggal karena kelaparan.

Baca juga: Kondisi Rumah Keluarga yang Tewas di Kalideres: Kulkas Kosong, Listrik Sempat Diputus karena Nunggak

Dugaan itu muncul setelah tim forensik menemukan fakta, otot-otot semua korban mengecil dan tidak ditemukan makanan dalam tubuh mereka.

Keempat korban itu adalah Rudyanto Gunawan (71) dan istrinya, Renny Margaretha Gunawan (68), anak mereka Dian (40), dan Budyanto Gunawan (63) ipar dari Rudyanto.

Satu mayat ditemukan di kamar belakang, dua mayat di kamar tengah dan satu di ruang tamu. Keluarga tersebut dikenal sangat tertutup. Bahkan ketua RT setempat tidak mengetahui jelas pekerjaan para korban.

Penyebab kematian satu keluarga tersebut hingga kini masih menjadi tanda tanya.

Namun informasi terkini menyebutkan bahwa satu keluarga tersebut meninggal karena kelaparan. Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan bahwa di tubuh keempat jenazah tak ditemukan makanan pada lambung mereka.

Namun kerabat dekat korban menyebut bahwa mereka dulunya cukup mapan secara ekonomi. Ris Astuti, adik korban Renny Margaretha menyebut jika kakaknya dahulu bekerja sebagai pedagang kue.

"(Kakak) kerjanya dulu jual kue," kata Ris di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).

Sementara itu, untuk suami dari Renny, Rudyanto Gunawan pernah bekerja sebagai pekerja kantoran.

Namun, Ris mengaku tidak mengetahui secara pasti untuk pekerjaan mereka saat ini karena sudah putus hubungan sejak lima tahun lalu.

"Tapi yang bapaknya di kantor. Kantoran, kerja kantoran. Tapi dulu, belakangan kita nggak tahu ya karena lepas kontak," ucapnya. Kerabat menyebut satu keluarga tersebut diketahui memiliki kondisi ekonomi yang cukup.

Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce mengatakan, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh keempat korban. Namun berdasarkan pemeriksaan tim dokter di RS Polri Kramat Jati, lambung keempat jenazah ini tidak terdapat makanan sejak lama.

"Bahwa mayat ini tidak ada makan dan minum cukup lama. Karena dari otot-ototnya mengecil," kata Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce kepada Wartawan, Jumat (11/11/2022).

Pasma menyebut, keempat anggota keluarga tersebut meninggal dalam waktu yang berbeda-beda.

"Jadi itu bapaknya, ibunya, iparnya semuanya di waktu yang berbeda meninggalnya. Sehingga pembusukan masing-masing berbeda-beda," tambahnya.

Polisi menemukan sebuah catatan di dalam rumah penemuan mayat satu keluarga di Kalideres itu. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, Kompol Haris Kurniawan menjelaskan, catatan itu berupa pesanan katering.

Selain itu, tak ditemukan cadangan makanan di dalam rumah itu. Hal itu diketahui saat polisi memeriksa isi kulkas korban yang kosong.

Berdasarkan hasil autopsi tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati, keempatnya diketahui tidak makan selama tiga minggu. Pasma Royce mengatakan, berdasarkan pemeriksaan, lambung dari mayat tersebut tidak berisi makanan. Tak hanya itu otot-otot di tubuh keempat korban juga mulai menciut.

“Jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter bahwa mayat ini tidak ada makan cukup lama, karena dari otot-ototnya sudah mengecil,” kata Pasma.

Pasma menyebut kematian keempat jenazah ini tidak dalam waktu bersamaan, ada dari salah satu jenazah yang tewas lebih dulu.

Dapat diartikan ada korban yang sempat tinggal dan tidur bersama anggota keluarganya yang lebih dulu meninggal. Kemudian setelah itu korban tersebut juga menyusul meninggal dunia di waktu yang berbeda.

Ketua RT, Asiung mengatakan, empat korban tersebut sangat tertutup dengan lingkungan sekitar.

"Tidak jelas sama sekali (pekerjaannya), tidak jelas profesinya. Sangat tertutup, hubungan dengan keluarga pun jarang komunikasi," kata Asiung ketika ditemui di lokasi, Minggu (13/11/2022).

Asiung selaku ketua RT mengaku terakhir bertemu dengan satu keluarga itu sekitar tiga bulan yang lalu saat penyemprotan disinfektan. "Kebetulan waktu itu ada penyemprotan disinfektan," sebutnya.

Menunggak listrik

Asiung menyebut sempat menegur salah satu korban, yakni Dian karena ada surat dari PLN soal tunggakan bayar listrik pada 31 Agustus 2022. Setelah itu, Asiung mengaku berkomunikasi dengan Dian pada 5 September 2022 untuk mengingatkan agar membayar listrik agar tidak diputus.

"Dia ada tunggakan dari PLN, saya terima (surat teguran PLN) pada 31 Agustus. Saya ingatkan lagi ke anaknya (Dian), 'tolong diurus jangan sampai diputus (listriknya)," kata Asiung.

"Dibalas tanggal 5 September, 'Iya om, baik om, maaf ngerepotin. Nanti saya kabarin lagi' seperti itu jawaban dari si anak," sambungnya.

Setelah itu, Asiung mengatakan keluarga tersebut sempat membayar listrik sebesar Rp 300 ribu. Namun, pada Oktober 2022, mereka meminta petugas PLN memutus aliran listriknya.

"Oktober tanggal 4 dia kasih kabar petugas PLN, bang jangan dibayarin lagi, diputus saja. Nanti kalau saya mau pasang lagi, saya hubungin bapak ke petugas PLN. Tanggal 27 September petugas PLN menelepon hubungin atau chat tidak bisa sama sekali, centang satu," ucapnya.

Penganut Paham Akhir Dunia

Satu keluarga yang ditemukan meninggal dengan perut kosong di Kalideres, diduga memiliki keyakinan tertentu. Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menyinggung mengenai motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia dari keluarga tersebut.

“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujarnya, Sabtu (12/11/2022).

Tewasnya satu keluarga di Kalideres semata-mata karena kelaparan dan tidak punya uang untuk makan sangat tidak mungkin. Adrianus berpendapat mereka tinggal di perumahan kelas menengah dan memiliki aset untuk dijual. Selain itu, Adrianus Meliala justru menilai ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini.

“Saya bayangkan bunuh diri dengan melaparkan diri, tetapi saya tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu,” ujarnya dia.

Ia justru menduga ada tindakan pelaparan. Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan. Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku.

“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.

Menurut Adrianus, skenario pelaparan semakin mungkin sebab ketika ada pihak yang mendorong kelaparan itu terjadi, barulah pihak ketiga mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu.

Adrianus juga punya dugaan kedua di balik kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres ini. Dugaan ini menyangkut motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia. (tribunnews)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved