Pemilu 2024

Survei LSI Denny JA: Tingginya Elektabilitas PDIP karena Faktor Jokowi dan Sikap Megawati

Berdasarkan survei LSI Denny JA, ada 74,2 persen responden yang mengaku puas dan sangat puas terhadap Jokowi.

Editor: Dion DB Putra
Istimewa via Tribunnews
Presiden Jokowi (kanan) dan Megawati Soekarnopuri. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - PDIP menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi yakni 20,19 persen berdasarkan hasil survei LSI Denny JA yang diselenggarakan pada 11-20 September 2022.

Peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana, mengungkapkan bahwa tingginya elektabilitas PDIP dipengaruhi sosok Presiden Jokowi yang populer dan identik dengan partai berlambang banteng tersebut.

Baca juga: Megawati Minta Kader PDIP Miliki Kesabaran Revolusioner dan Tidak Grusa Grusu Soal Capres 2024

"Jokowi ini merupakan kader PDIP dan Jokowi juga sangat identik dengan PDIP, keberhasilan atau kepuasan terhadap kinerja Jokowi ini pasti akan berimbas positif juga kepada PDIP," kata Ade dalam konferensi pers, Selasa (1/11/2022).

Ade mengatakan, berdasarkan survei LSI Denny JA, ada 74,2 persen responden yang mengaku puas dan sangat puas terhadap Jokowi, sedangkan ada 23,8 persen yang kurang puas dan tidak puas, serta 2 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab.

"Hasil inilah yang ikut mengerek, PDIP saat ini masih merupakan partai yang paling banyak didukung oleh konstituen," ujar Ade.

Selain itu, Ade menilai, tingginya elektabilitas PDIP tak lepas dari sikap partai tersebut yang tegas menolak isu perpanjangan masa jabatan presiden dan presiden tiga periode.

Ia menuturkan, sikap PDIP itu sejalan dengan mayoritas publik yang tidak sepakat dengan wacana memperpanjang masa jabatan presiden maupun presiden tiga periode.

"Kalau misalnya kemarin Ibu Mega dan PDIP setuju, mungkin jadi barang ini untuk perpanjangan jabatan presiden tiga periode, tapi ternyata PDIP bersikap bahwa mereka menolak itu dan PDIP dianggap pahlawan oleh masyarakat untuk menolak perpanjangan jabatan," kata Ade.

Dalam hasil survei LSI Denny JA, elektabilitas PDIP diikuti oleh Partai Golkar (14,5 persen), Partai Gerindra (9,8 persen), Partai Keadilan Sejahtera (8,3 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (5,9 persen), dan Partai Demokrat (5,4 persen).

Berdasarkan survei ini, tiga partai parlemen tidak menembus ambang batas 4 persen yakni Partai NasDem (3,9 persen), Partai Persatuan Pembangunan (2,3 persen), dan Partai Amanat Nasional (2,1 persen).

Survei nasional ini diikuti 1.200 responden di 34 provinsi dengan wawancara dilaksanakan secara tatap muka. Margin of error survei ini adalah sebesar sekitar 2,9 persen.

Partai-partai non-parlemen yang mengikuti Pemilu 2019 pun elektabilitasnya tidak mencapai 4 persen, sedangkan ada 21,6 persen responden yang mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.

Kendati demikian, Ade menegaskan, dukungan publik terhadap partai politik masih sangat dinamis. Ia menyebutkan, survei ini diselenggarakan ketika Nasdem belum mendeklarasikan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju sebagai calon presiden.

"Itu juga pasti akan berpengaruh terhadap dukungan partai ke depan. Selain itu, pasti caleg-caleg yang berasal dari partai juga akan mempengaruhi perolehan partai di kemudian hari," kata Ade.

Airlangga dan Luhut Kerek Golkar

Ade Mulyana mengatakan bahwa elektabilitas Golkar yang berada di angka 14,5 persen dipengaruhi oleh kepuasan publik terhadap penanganan pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 tak bisa dilepaskan dari dua sosok kader Golkar yang duduk di kabinet, yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan.

"Dengan dua menteri yang sangat bekerja keras untuk menangani Covid kemudian juga dianggap berhasil oleh mayoritas masyarakat Indonesia sehingga imbasnya mengerek Partai Golkar akhirnya mendapat dukungan," kata Ade.

Ade mengatakan, survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa 76,5 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja kabinet dalam menangani pandemi Covid-19. "Ini memang dua menteri ini yang paling banyak disorot karena memang mereka berdua ini yang paling banyak bekerja keras untuk menangani Covid," ujar Ade.

Selain soal penanganan Covid-19, Ade mengatakan, tingginya elektabilitas Golkar juga dipengaruhi oleh optimisme publik bahwa ekonomi rumah tangga akan lebih baik pada 2023.

Ia menyebutkan, berdasarkan survei, ada 60,3 persen responden yang optimistis ekonomi rumah tangga akan lebih baik, 16,8 persen menilai tak ada perbuahan, 7,9 persen menjawab lebih buruk, dan 15 persen tidak menjawab.

Adapun alasan ketiga tingginya elektabilitas partai beringin adalah kehadiran Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan.

"Golkar dan ketua umumnya yaitu Airlangga Hartarto muncul sebagai game changer. Airlangga Hartarto sebagai pencetus Koalisi Indonesia Bersatu ini merupakan game changer, dengan adanya pembentukan KIB ini memantik partai politik lain kemudian juga calon-calon presiden dan calon wakil presiden yang lain untuk segera memulai kontestasi," kata Ade.

(*)

 

 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved